Rabu, 04 Mei 2011

Guru Bukan Dewa Murid Bukan Kerbau
Hari ini, saya puas dimaki-maki oleh sang guru kimia disekolah. Diceramahi, digobloki, bahkan diramal masa depan dan masa lalu keluarga saya.

Setelah paginya dinasehati oleh guru sejarah *dinasehati, yaaa diajak berdialog, diajak berbicara layaknya seorang teman, bukan budak belian.*

Dan berikutnya dilanjutkan oleh si guru bahasa indonesia yang notabene selalu berpikiran negatif dan sok tahu.-yeah, dia bisa judge saya seenaknya, jadi saya juga bisa ngejudge dia seenak jidat saya, dong?

Ya, emang, hari ini saya salah. Saya tidak membawa soal kimia yang harusnya akan dibahas pas pelajarannya nanti.
Lalu, akhirnya saya dan beberapa orang lainnya yang tidak membawa soal juga digiring ke kantor guru, dan disuruh berdiri.
Saya kira cuma berdiri, lalu diomeli sebentar.. Tapi kenyataannya yah menjadi berdiri, diomeli, berdiri, dan diomeli dan bahkan dicaci maki lagi.

Maunya apa coba?
Masalah merembet, merembet, dan merembet terus.

Menjawab ini salah, menjawab itu salah. Tidak menjawabpun juga salah!

Sampai tercetus dipikiran saya, tadi...

"Apa mereka punya masalah di kehidupan mereka, sehingga mereka menggangap murid adalah pelampiasan? "

Semua guru, rata-rata bercerita tentang kehidupan mereka di masa lampau, yang juga sudah mengalami masa remaja dan masa SMA, dengan sempurna dan tanpa cacat cela.

Yakinkah?

Mereka yang rasanya SEMPURNA dalam semuanya.

Punya teman-teman yang SEMPURNA, dicintai SEMUA ORANG, dan juga memiliki prestasi yang GEMILANG.

Mungkin tidak seperti saya, yang gagal dalam bersosialisasi di sekolah, benci sekolah, benci guru, dan hanya cinta meja saya di sekolah.--ya, biasanya dipakai sebagai alas tidur dan menggambar. Dan bahkan bisa dibilang, sedikit penyebab dari kebencian dan kemalasan saya akan sekolah adalah anda.

Kalaupun itu semua benar, kalau saya se-tidak-berguna-itu, menyusahkan, dan tidak memiliki apapun yang dapat dibanggakan, haruskah itu dikatakan?


Bukannya harusnya sikap seorang guru harusnya memberikan pengayaan, pendekatan, bukannya berkata seenak perut?

Bukannya harusnya sikap seorang guru harusnya mensupport, bukannya menjatuhkan?

Ingat. Ingat. Ingat. -Guru bukanlah dewa dan selalu benar, dan murid bukanlah kerbau.SoeHokGie

Bisakah anda, wahai, guru-guru yang katanya pahlawan tanpa tanda jasa, bahwa mulutmu itu adalah harimaumu. Bahkan kata kitab suci saya, kita harus berhati-hati kalau berbicara. Karena setiap kata yang terucap dari mulut itu adalah doa. Jangan sampai itu berimbas kutuk bagi diri kita sendiri.

Kami, murid tentu saja, pasti juga memiliki kesalahan. Tapi bisakah anda lebih menjaga mulut anda? Kami juga manusia, punya hati dan rasa. Bukan patung, ataupun kerbau yang menurut saja untuk diperlakukan apa saja.

Walaupun tidak semua pendidik bersikap seperti ini, tapi, bisakah kalian lebih mendengarkan kami, tanpa memotong kami untuk berbicara?!




Di Posting Oleh Unknown, Pada 13.58 dan 0 komentar