Jumat, 10 Mei 2013

0 9513

Aku dan rekan kerjaku






Di Posting Oleh Unknown, Pada 08.24 dan 0 komentar

Minggu, 05 Mei 2013

0 propsal tesis



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang masalah
 Mengajar secara tradisional diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mendiseminasikan informasi kepada siswa di dalam kelas, dan secara umum disamakan dengan memberitahu (telling). Jika diamati apa yang terjadi dalam kelas tradisional akan ditemukan suatu situasi dimana guru menyampaikan informasinya atau salah seorang siswa membacakan dengan keras buku pelajaran dan siswa lainnya mengikuti dengan diam memperhatikan buku pelajaran masing-masing. Mungkin konsep mengajar seperti inilah yang digunakan guru-guru tradisional (Abdul Azis Wahab, 2009: 6).
            Tujuan mengajar adalah membantu siswa untuk menjawab tantangan lingkungannya dengan cara yang efektif. Telah beberapa kali diulang tentang kata mengajar namun kiranya perlu pula dikemukakan tentang batasan mengajar itu. Menurut Burton (Abdul Azis Wahab, 2009: 6) mengemukakan batasan mengajar dengan mengatakan bahwa “Teaching is the stimulation, guidance, direction and encouragement of learning”. Batasan tersebut mengandung empat kata kunci yang memerlukan penjelasan, stimulasi yang berarti menyebabkan lahirnya motivasi pada diri siswa untuk mempelajari sesuatu yang baru, yaitu menciptakan sesuatu yang penting untuk dipelajari, mengarahkan berarti bahwa mengajar bukanlah sesuatu yang sembarangan (haphazard) tetapi mengajar adalah suatu kegiatan yang bertujuan (goal directed activity) yang mengarah kepada perilaku yang sudah ditetapkan. Sehingga, apapun subjeknya (IPA, IPS, Matematika, dan sebagainya), mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar menolong para siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap yang menjurus kepada perubahan tingkah laku dan pertumbuhan siswa.
            Sistem pendidikan di Indonesia selalu mengalami perubahan mempunyai tujuan untuk mewujudkan sistem pendidikan menjadi lebih berkualitas Dalam era informatika saat ini arus informasi mengenai materi pembelajaran tidak terpaku pada buku teks konvensional atau hanya paper yang digunakan, sejalan dengan laju perkembangan dunia di era globalisasi dunia pendidikan pun mengalami pergerseran dalam sistem pembelajaran, dahulu pembelajaran hanya melibatkan dua arah atau TCL (Teacher Center Learning) dimana guru menjadi objek segala informasi dengan menggunakan paper/buku dan siswa sebagai Receive dari informasi yang guru transfer. Penerapan TIK/ICT memiliki keunggulan tersedianya informasi secara luas, cepat, dan tepat, adanya kemudahan dalam proses pembelajaran dan dukungan teknologi untuk memudahkan proses belajar mengajar. Penerapan TIK / ICT juga memiliki keunggulan khas yaitu tidak terbatasi oleh tempat dan waktu.dimana proses belajar mengajar akan semakin efektif.
            Pemanfaatan odel  ICT dalam pembelajaran  terdapat kekurangan dalam beberapa aspek seperti pisau bermata dua satu sisi proses pendekatan ICT akan menjadi positif namun disisi lain akan menimbulkan kenegatifan dalam proses pembelajaran salah satunya siswa cenderung konsumtif dengan bahan pelajaran yang tersedia baik itu di webset maupun di artikel-artikel online, siswa kurang terangsang dalam pengembangan kreatifitas siswa dan tidak meratanya kemampuan siswa untuk menjalankan system komputerisasi pembelajaran yang berbasis ICT karena minimnya SDM, fasilitas untuk akses internet atau pengetahuan tentang ICT yang kurang, untuk itu peranan seorang guru dalam peningkatan kualitas mutu peserta didiknya  mempunyai kepekaan jiwa yang respect terhadap perkembangan laju informasi dan mengerti apa yang sebenarnya dibutuhan oleh siswa dimana guru mempunyai metode yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya baik itu kekurangan dan kelebihannya, untuk menerepkan media berbasis  ICT agar tidak bergeser makna dan tujuan pendidikan menggunakan metode yang sesuai.
             Model inkuiri yang cocok dan dengan  Media  pembelajaran ICT, metode inkuiri merupakan suatu belajar yang  siswa, siswa dihadapakan pada masalah atau mencari jawaban terhadap pertanyaan – pertanyaan didalam prosedur-prosedur atau struktur kelompok yang digariskan secara jelas( Amalia,2011:3.38) Berdasarkan kurikulum 2004 KBK, IPA seharusnya di belajarkan secara inkuiri ilmiah (scientific) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup, terdapat tiga kategori pada metode inkuiri yaitu rasional, discovery, dan ekperimental. Pada metode inkuiri rasonal, guru mengarahkan siswa untuk membuat suatu genereliasi dengan menggunakan rasional, kemudian pada metode inkuiri katagory discovery, gauru harus melibatkan siswa dalam penemuan individu tentang hubungan anatara fenomena yang diobservasi, dan pada metode inkuiri katagori yang eksperimental dapat dijelaskan sebagai suatu prosedur membuat pernyataan tersebut, tujuannya antara lain untuk membangkitkan rasa ingin tahu, melibatkan siswwa dalam kegiatan yang memerlukan ketrampilan kognitif ( pemahaman) tingkat tinggi, memberikan pengalaman yang kongkrit bagi siswa dan membantu siswa dalam membangkitkan ketrampilan proses.
            Pembelajaran IPA yang bertujuan (1) mengembangkan kemahiran atau kecekapan ilmu pengetahuan alam yang diharapkan dicapai seperti menunjukan pemahaman konsep ilmu pengetahuan alam yang dipelajari,menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat,efesien dan tepat dalam pemecahan masalah,(2) menggunakan penalaran pada pola, sifat, atau melakukan manipulasi ilmu pengetahuan alam dalam membuat generelisasi,menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan ilmiah.(3) menunjukan kemampuan strategic dalam membuat,menafsirkan dan menyelesiakan model ilmu pengetahuan alam dalam pemecahan masalah.(4) memilki sikap menghargai kegunaan ilmu pengetahuan alam dalam kehidupan. Pendidikan ipa diharapkan mampu menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam pengembangan lebih lanjut.
            Namun fakta dilapangan pelajaran IPA  menjadi momok bagi para siswa yang menganggap IPA suatu pembelajaran yang sulit di wilayah kodya tangerang minat siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA rendah, banyaknya siswa yang mendaptkan nilai UAS ataupun harian yang rendah, kurikulum menentukan KKM pada pelajaran IPA yang hanya 65 di wilayah kodya tangerang itup un masih banyak yang harus mengkitu remedial karena belum mencapai KKM yang telah ditentukan, permasalahanya klasik karena guru jarang mempunyai kepekaan terhadap siswa, guru IPA hanya mengajar dengan metode yang konvensonal dan siswa menganggap pembelajaran IPA yang membosankan,oleh karena itu  semestinya guru senantiasa mengolah ketrampilan proses mengajar dimana letak permasalahan sampai siswa tidak antisius dalam mengikuti pembelajaran IPA,untuk meningkatkan hasil belajar diperlukan perubahan pola piker yang digunkan sebagai sebuah landasan pelaksanaan kurikulum pembelajaran IPA, karena guru mempunyai posisi yang bias menentukan keberhasilan pembelajaran karena merancang, mengelola dan mengevaluasi pembelajaran, pada umumn ya media dalam mengajar sangat mempengaruhi didalam proses pembelajaran guru mapu memprediksi kemampuan siswa menguasai materi atau belum, dengan pola pikir yang seperti itu guru bias menentukan tindakan untuk permasalahan yang terjadi saat proses pembelajaran.
            Permasalah tersebut terjadi dalam pelaksaan pembelajaran yang masih ditemui di hampir semua jenjang pendidikan mengenai rendahnya kaulitas hasil belajar IPA, bertolak dari permasalahan diatas, yang mengkaji untuk meningktkan hasil siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA di wilayah kodya tangerang agar siswa mempunyai kualiatas hasil belajar yang baik maka peneliti mencoba untuk mengkaji tentang penerapan pendekatan ICT dan Model inkuiri terhadap hasil belajar.

B.     Identifikasi Masalah
1.      Mengapa  hasil belajar IPA sangat rendah di wilayah kodya tangerang tidak sesuai dengan target kurikulum?
2.      Mengapa  motivasi siswa di wilayah kodya tangerang sangat rendah  dalam mengikuti pembelajaran IPA ?
3.      Faktor apa saja yang membuat rendahnya hasil belajar IPA di wilayah kodya tangerang?
4.      Faktor apa saja yang membuat rendahnya motivasi belajar IPA di wilayah kodya tangerang?
5.      Mengapa umumnya guru terbiasa menggunakan Model yang konvensional yang membuat siswa rendah dalam motivasi untuk belajar IPA?
6.      Upaya apa yang dilakukan guru dalam merubah model pembelajaran agar ada peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa ?
7.      Apakah pengunaan Model mengajar yang tepat mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar siswa?
8.      Apakah Media pembelajaran ICT (information communication technologi) dapat meningkatan hasil belajar IPA?
9.      Bagaimana implementasi Media pembelajaran ICT (information communication technologi) di wilayah kodya tangerang?
10.   Apakah penggunaan Model Inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
11.  Bagaimana  penerapan Model inkuiri dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa ?
12.  Apakah ada pengaruh  dengan Media pembelajaran ICT (information communication technologi) dan Model inkuiri  terhadap hasil belajar IPA?
13.  Bagaimana hasil belajar IPA dengan pembelajaran ICT (information communication technologi)  dan metode Inkuiri  terhadap hasil belajar IPA?
14.  Apakah ada pengaruh pendekatan media ICT (information communication technologi)  dan model inkuiri dengan metode konvensional  terhadap hasil belajar IPA?
C.    Pembatasan masalah
Agar penelitian ini menjadi lebih terarah, maka penelitian membatasi penelitian ini dengan tetang adanya pengaruh antara siswa yang diajarkan dengan media pembelajaran berbasis ICT (information communication technologi) karena pembelajaran lebih menarik dan siswa termotivasi dalam pembelajaran dengan model inkuiri karena siswa termotivasi  untuk mencari jawaban pertanyaan ilmiah di materi pembelajaran dengan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran yang konvensional terhadap hasil belajar siswa.



D.    Permusan masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Apakah terdapat pengaruh  penggunaan model pembelajaran Inkuiri terhadap hasil belajar IPA?
2.      Apakah terdapat pengaruh media ICT (information communication technologi)  terhadap hasil belajar ipa?
3.      Apakah  terdapat  pengaruh  interaksi penggunaan model  pembelajaran inkuiri dan media ICT (information communication technologi)  terhadap hasil belajar ipa?

E.     Tujuan penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.      Perbedaan hasil belajar ipa siswa yang diajar dengan menggunakan model inkuiri terbimbing dengan model inkuiri bebas terbimbing.
2.      Perbedaan hasil belajar ipa siswa yang menggunakan media ICT (information communication technologi) dengan powerpoint dengan macromedia flash.
3.      Pengaruh interaksi penggunaan model pembelajaran inkuiri  dan media ICT (information communication technologi)  terhadap hasil  belajar ipa

4.       
F.     Kegunaan penelitian
           Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, maka hasil penelitian ini diharapkan memliki suatu kegunaan sebagai berikut :
1.      Kegunaan Teoritis
a.       Salah satu alternatif dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar dalam proses pembelajaran IPA.
b.      Sebagai refrensi bagi peneliti-peneliti lain yang akan menelitipendekatan pembelajarn berbasis ICT (information communication technologi) dan metode Inkuiri.
2.      Kegunaan praktis
a.       Bagi Peneliti
dapat digunakan oleh guru sebagai masukan untuk meningkatkan kreativitas guru dalam memilih metode pembelajaran yang disesuaikan antara materi pelajaran dan metode yang yang digunakan dan bagi peneliti yang akan terjun ke lapangan agar dapat digunakan sebagai masukan yang berarti bagi pelaksanaan proses belajar mengajar di dalam kelas.

b.      Bagi Siswa
Sebagai pengalaman yang bersetruktur dalam mengikuti metode pembelajaran yang variatif, diharapkan siswa bisa lebih baik lagi dan termotivasi dalam belajar matematika sehingga kemampuan pemecahan masalah pada siswa dapat meningkat dengan baik.

BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR,
 DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A.    Landasan Teori
  1. Deskripsi Hasil Belajar IPA
a.       Pengertian hasil belajar.
     Menurut Morgan, (2009 : 3) menyatakan bahwa:
”belajar adalah perubahan prilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman”. jadi belajar merupakan proses dalam menginput dari suatu pengalaman.
           Menuru Suryabrata (2004:235) menyatakan bahawa:
           “1) Bahwa belajar itu membawa perubahan ( dalam arti behavioral changes, actual maupun potensial; 2) Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkanya kecakapan baru; 3) Bahwa perubahan terjadi karena usaha( dengan sengaja)”.
          Jadi belajar merupakan refleksi dari suatu pengalaman untuk arah yang lebih baik.

      Menurut Gagne (2012:2) menyatakan bahwa:
“belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas,perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.

       Jadi proses pertumbuhan seseorang akan membentuk kematangan dalam sebuah tindakan.

Sedangkan menurut Reber yang dikutip oleh Sobur (2009:235) menyatakan bahwa:
 “proses belajar itu sendiri adalah cara-cara atau langkah-langkah yang memungkinkan timbulnya beberapa perubahan serta tercapainya hasil tertentu”. Dalam hal ini proses belajar merupakan tahapan-tahapan yang dilalui siswa yang akan mempengaruhi perubahan cara berpikir dan tingkah laku siswa tersebut.
Jadi belajar merupakan proses melalui tahapan-tahapan tertentu untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya.
Menurut Yamin (2005:87) menyatakan bahwa:
“Seseorang belajar tidak ditentukan oleh kekuatan yang datang dari dalam dirinya, atau oleh stimulus-stimulus yang datang dari lingkungan, akan tetapi merupakan interaksi timbal balik dari determinan-determinan individu dan determinan-determinan lingkungan”.

Jadi belajar pada dasarnya interaksi timbal balik dari determinan-determinan individu dan determinan-determinan lingkungan tidak hanya ditentukan oleh stimulus atau kekuatan yang dating dari dirinya.
*      Berdasarkan uraian di atas,  dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh manusia dalam interaksi aktif dengan lingkungan untuk menghasilkan suatu perubahan yang relatif menetap dan membekas dalam diri seseorang. Demikian halnya dengan belajar IPA, di dalam diri siswa akan terjadi perubahan jika didukung oleh lingkungan yang kondusif, yaitu lingkungan yang memungkinkan siswa dapat saling berinteraksi dengan baik.
b.      Pengertian Hasil Belajar
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku, maka perubahan tingkah laku yang diharapkan dari proses belajar disebut hasil belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumiati (2009:38) menyatakan bahwa:
“belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku. Jadi perubahan perilaku adalah hasil belajar.”
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:250-251) dalam situs (http://indramunawar.blogspot.com 28 April 2013. pukul 16.15) mengungkapkan bahwa:
“hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru”.
         Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sedangkan dari sisi guru hasil belajar sebagai alat ukur, apakah siswa telah mengusai materi yang telah dipelajarinya. 
Menurut Ahmadi (2001:120) menyatakan bahwa: “kematangan-kematangan adalah proses dimana tingkah laku dimodifikasi sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan struktur serta fungsi-fungsi jasmani”. jadi kematangan merupakan perubahan secara fisik yang dipengaruhi oleh semakin bertambahnya usia individu tersebut.
Sedangkan menurut Reber yang dikutip oleh Sobur (2009:235) menyatakan bahwa: “proses belajar itu sendiri adalah cara-cara atau langkah-langkah yang memungkinkan timbulnya beberapa perubahan serta tercapainya hasil tertentu”. Jadi proses belajar merupakan tahapan-tahapan yang dilalui siswa yang akan mempengaruhi perubahan cara berpikir dan tingkah laku siswa tersebut.
Dengan demikian apabila proses tersebut berjalan dengan baik, kelak akan memberikan hasil, yang kita sebut hasil belajar. Sobur (2009:235) menyatakan bahwa: “ hasil belajar itu tidak akan bisa dicapai jika dalam diri kita sendiri tidak terjadi proses belajar”. Oleh karena itu untuk mengukur seberapa besar hasil belajar dapat dilihat dari seberapa besar penguasaan konsep yang ia miliki dan kemampuan dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan.
Dalam pembelajaran yang terjadi di sekolah, guru adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas hasilnya. Menurut Purwanto (1995:89) bahwa, “hasil dari pekerjaan mendidik tidak hanya ditentukan oleh kehendak si pendidik sendiri, tetapi juga ditentukan oleh banyak faktor lain”. Selain guru dibekali ilmu sebagai pendukung tugasnya, untuk mengevaluasi hasil belajar siswa, dalam hal ini guru juga bertugas mengukur apakah siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajarinya atas bimbingan guru sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Keefektifan pengalaman belajar dalam mencapai hasil belajar yang optimal dapat diketahui dengan penilaian. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Sedangkan penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada siswa setelah mendapatkan pengetahuan dan informasi baru dari hasil proses belajar melalui pengalaman dan latihan.
c.       Kemampuan berpikir kreatif siswa
LTSIN (2001):”secara khusus mendefinisikan berfikir kreatif adalah “creative thinking is the process which we use when we come up with a new idea. It is the merging of ideas which have not been merged before”. LTSIN menyatakan bahwa berfikir kreatif adalah proses (bukan hasil) untuk menghasilkan ide baru dan ide itu merupakan gabungan dari ide-ide yang sebelumnya belum disatukan.
Kepekaan berfikir kreatif dapat diukur dengan indikator-indikator yang telah ditentukan para ahli, salah satunya menurut Torrance. Menurut Torrance kemampuan berfikir kreatif terbagi menjadi tiga hal, yaitu :
1.      Fluency (kelamcaran), yaitu menghasilkan banyak ide dalam berbagai kategori/ bidang.
2.      Originality (Keaslian), yaitu memiliki ide-ide baru untuk memecahkan persoalan.
3.      elaboration (Penguraian), yaitu kemampuan memecahkan masalah secara detail.
Menurut (Infinite Innovation Ltd, 2001). Menyatakan bahwa;Berpikir kreatif dapat juga dipandang sebagai suatu proses yang digunakan ketika seorang individu mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru. Ide baru tersebut merupakan gabungan ide-ide sebelumnya yang belum pernah diwujudkan”.

            Sedangkan menurut jhonson (2002) menyatakan bahwa:
           Berpikir kritis adalah suatu kemampuan untuk bernalar (to reason) dalam suatu cara yang terorganisasi. Berpikir kreatif merupakan suatu aktifitas mental yang memperhatikan keaslian dan wawasan (ide). Berpikir kreatif sebagai lawan dari berpikir destruktif, melibatkan pencarian kesempatan untuk mengubah sesuatu menjadi lebih baik. Berpikir kreatif tidak secara tegas mengorganisasikan proses, seperti berpikir kritis. Berpikir kreatif merupakan suatu kebiasaan dari pemikiran yang tajam dengan intuisi, menggerakkan imaginasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka selubung ide-ide yang menakjubkan dan inspirasi ide-ide yang tidak diharapkan. Pengertian ini membedakan dengan tegas berpikir kreatif dan berpikir kritis”.

      Berpikir kreatif merupakan suatu sintesis antara berpikir lateral dan vertikal yang saling melengkapi. Pengertian ini menyebutkan bahwa dalam berpikir kreatif melibatkan berpikir logis ataupun analitis sekaligus intuitif, seperti pada pandangan kedua dalam pengertian berpikir kreatif.
      Menurut  (Munandar, 2004:25). Menyatakan bahwa;
“Kreativitas pada intinya merupakan kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya”.
                 
      Jadi dari pendapat para ahli di atas dapat generelasasikan bahwa maka berpikir kreatif dapat diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan seorang untuk membangun ide atau gagasan yang baru.  berpikir kreatif merupakan output dari proses pengalaman yang didapat dan mengembangkan konsep- konsep yang telah ada untuk mennciptakan hal – hal yang baru.
d.      Pengertian IPA
IPA atau Ilmu  Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan yang benar, yaitu bersifat rasional dan obyektif. Pengetahuan alam adalah pengetahuan yang berisi tentang alam semesta dan segala isinya.  Jadi, menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R. E. Kaligis (1992: 3) ” IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dan segala isinya”.
Menurut Menurut Patta  Bundu (2006 : 9):
“IPA biasanya disebut dengan kata “Sains” yang berasal dari kata Natural science”.Natural  artinya alamiah dan berhubungan dengan alam, sedangkan science  artinya ilmu pengetahuan. Penggunaan kata “Sains”Sebagai IPA berbeda dengan pengertian  sosial science, educational science, political science,  dan penggunaan kata  science  yang lainnya.

Menurut Nash dalam Hendro Darmodjo  dan Jenny R. E. Kaligis (1992: 3) menyatakan bahwa:
“IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Cara atau metode tersebut harus bersifat analitis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara fenomena dengan fenomena yang lain. Metode tersebut dapat membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya itu. Metode tersebut adalah metode berpikir ilmiah”.

Menurut Abruscato, Joseph dan Derosa, Donald A (2010:6) menyatakan bahwa IPA adalah:
“Science is the name  we give to group of process through which we can systematically gather information about the natural world. Science is also the knowledge gathered through the use of such process. Finally, science is characterized by those values and attitudes processed by people who use scientific process to gather knowledge.”

Menurut  Patta Bundu  (2006: 11) menyatakan bahwa ;
“Sains secara garis besar atau pada hakikatnya IPA memiliki tiga komponen, yaitu proses ilmiah, produk ilmiah, dan sikap ilmiah.  Proses ilmiah adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilaksanakan dalam rangka menemukan produk ilmiah. Proses ilmiah meliputi mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, merancang, dan melaksanakan eksperimen.  Produk ilmiah meliputi prinsip, konsep, hukum, dan teori. Produk ilmiah berupa  pengetahuan-pengetahuan alam yang telah ditemukan dan diuji secara ilmiah.  Sikap ilmiah merupakan keyakinan akan nilai yang harus dipertahankan ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Sikap ilmiah meliputi ingin tahu, hati-hati, obyektif, dan jujur”.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA menurut hakikatnya adalah suatu cara untuk memperoleh pengetahuan baru yang berupa produk ilmiah dan sikap ilmiah melalui suatu kegiatan yang disebut proses ilmiah. Siapapun yang akan mempelajari IPA haruslah melakukan suatu kegiatan yang disebut sebagai proses ilmiah. Seseorang dapat menemukan pengetahuan baru dan menanamkan sikap yang ada dalam dirinya melalui proses ilmiah tersebut.
2.      Deskripsi Model Pembelajaran Inkuiri
a.       Pengertian model pembelajaran
            Model pembelajaran adalah  Suatu bentuk tiruan (Replika) dari suatu benda yang sesungguhnya, dengan kata lain model pembelajaran merupakan  Suatu contoh konseptual atau prosedural dari suatu program,sistem, atau proses yang dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam mencapai tujuan.
Menurut Richey (1994) model pembelajaran bersifat prosudural, yakni mendeskripsikan bagaimana melakukan tugas – tugas, atau bersifat konsisten dalam melakukan pembelajaran.
Menurut Joyce dan Weil (2000:13) mengemukakan bahwa;
 “model pembelajaran merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, program multi media, dan bantuan belajar melalui program computer”.

Jadi model pembelajaran merupakan elemen dasar perenacanaan komferhensif  dar tujuan pembelajaran yang akan di capai.
Sedangkan menurut (Syaiful Sagala, 2005) mengemukakan bahwa;
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar”.

Jadi model pembelajaran merupakan rancangan konsep yang digunakan  oleh guru yang bersifat sistematis dalam upaya memberikan pembelajaran yang maximum pada peserta didik.
Menurut Eli Rohaeti (2010 ) menyatakan bahwa :
“Model pembelajaran adalah suatu pola yang akan menerangkan proses menyebutkan dan menhasilkan lingkungan belajar tertentu sehingga peserta didik dapat berinteraksi yang selanjutnya berakibat terjadinya perubahan tingkah laku peserta didik khusus, model pembelajaran dapat berorientasi pada interaksi social,pemrosesan informasi, pengembangan kepribadian dan modifikasi tingkah laku”.

                   Jadi model pembelajaran konseptual atau prosedural dari suatu program,sistem, atau proses yang dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam mencapai tujuan yang berorirntasi pada perubahan tingkah laku peserta didik baik dari aspek kognitif psikomotorik ataupun afektif yang lebih baik dari sebelumnya.
b.      Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri
Menurut schmidit (2003 ) mengemukan bahwa;

“inkuiri berasal dari bahasa inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pernyataan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan kepada kegiatan penyelidikan terhadap object pertanyaan”.





Sedangkan menurut hardian (2010:1) mengemukakan bahwa;

“model pembelajaran inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan – pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan dengan kata lain”.

Jadi inkuiri adalah proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan- pertanyaan atau rumusan – rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir logis.
Menurut W.Gellu ( dalam Trianto,2007:109) menyatakan bahwa
“Inkuiri merupakan suatu rangkaian belajar yang melibatkan secara maximal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,kritis,logis,dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri”.

            Sedangkan menurut Qemar Hamalik ( dalam suryati dkk,2008:22) menyatakan bahwa:
            “Inkuri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa ( student centre) dimana kelompok – kelompok siswa kedalam suatu persoalan atau mencari suatu jawaban terhadap pertanyaan – pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas”.
Wina Sanjaya (2008 :196) mendefinisikan bahwa  :
Metode inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab anatara guru dan siswa.Amri dan amadi (2010-103) menyimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk memecahlan masalah yang diberikan guru.
            Dari beberapa pengertian tentang model pembelajaran inkuiri di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri adalah suatu proses mencari tahu jawaban terjadap pertanyaan yang diajukan yang mengarah pada kegiatan penyelidikan dan menemukna sendiri jawaban dari masalah yang diajukan
1)      Tahapan pembelajaran inkuiri
Fase
Perilaku Guru
  1. Menyajikan pertanyaan atau masalah
Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan. Guru membagi siswa dalam kelompok.
  1. Membuat hipotesis
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan  dengan permasalahan  dan memproiritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.
  1. Merancang percobaan
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan . Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan
  1. Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi
Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan
  1. Megumpulkan dan menganilisis data
Guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.
  1. Membuat kesimpulan
Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.

2)      Keunggulan dan kelemahan model pembelajaran inkuiri.
a)      keunggulan
1.      Strategi Pembelajaran Inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
2.      Strategi Pembelajaran Inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
3.      Strategi Pembelajaran Inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang mengaggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman
4.       Strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.



b)      Kelemahan model Pembelajaran Inkuiri
1.      Jika Strategi Pembelajaran Inkuiri digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2.      Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
3.      Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka Strategi Pembelajaran Inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
3)      Prosedur Model Pembelajaran Inkuiri
Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dapat mengkuti langkah-langkah sebagai berikut (Wina Sanjaya, 2007 : 201 – 205) :
1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang penting, keberhasilan model ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi adalah :
o   Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa
o   Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang  dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.
o   Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.
2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Teka-teki yang menjadi masalah dalam berinkuiri adalah teka-teki yang mengandung konsep yang jelas yang harus dicari dan ditemukan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantaranya;
o   Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Guru hanya memberikan topik yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana rumusan masalah yang sesuai dengan topik yang telah ditentukan sebaiknya diserahkan kepada siswa.
o   Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti. Artinya, guru perlu mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawaban sebenarnya sudah ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti.
o   Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya, sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melalui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah.
3. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam model pembelajaran ini mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yag diberikan. Menguji hipotesis berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
c.       Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing atau latihan inkuiri berasal dari suatu keyakinan bahwa siswa memiliki kebebasan dalam belajar. Model pembelajaran ini menuntut partipasi aktif siswa dalam inkuiri (penyelidikan) ilmiah. Siswa memiliki keingintahuan dan ingin berkembang. Inkuiri terbimbing menekankan pada sifat-sifat siswa ini, yaitu memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi dan memberikan arah yang spesifik sehingga area-area baru dapat tereksplorasi dengan lebih baik.
Tujuan umum dari model inkuiri terbimbing adalah membantu siswa mengembangkan keterampilan intelektual dan keterampilan-keterampilan lainnya, seperti mengajukan pertanyaan dan menemukan (mencari) jawaban yang berawal dari keingintahuan mereka (Agung, 2009)
Model pembelajaran latihan inkuiri dikemukan oleh Richard Suchman (Jannah, 2008), ia menginginkan siswa untuk bertanya mengapa suatu peristiwa terjadi, kemudian siswa melakukan kegiatan, mencari jawaban, memproses data secara logis, sampai akhirnya siswa mengembangkan strategi pengembangan intelektual yang dapat digunakan untuk menemukan mengapa suatu fenomena bisa terjadi.
Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berifikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai tinggi tidak memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiliki kemampuan mengelola kelas yang bagus. 
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Kuhithau dan Carol (2006), yang menjelaskan bahwa inkuiri terbimbing memiliki 6 karakateristik yaitu :
1.      Siswa belajar dengan aktif dan memikirkan sesuatu berdasarkan pengalaman
2.      Siswa belajar dengan aktif membangun apa yang telah diketahuinya
3.      Siswa mengembangkan daya piker yang lebih tinggi melalui petunjuk atau bimbingan pada proses belajar
4.      Perkembangan siswa terjadi pada serangkaian tahap
5.      Siswa memliki cara belajar yang berbeda satu sama lainnya
6.      Siswa belajar melalui interaksi sosial dengan lainnya
Inkuiri terbimbing biasanya digunakan terutama bagi siswa-siswa yang belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri.. Pada tahap-tahap awal pengajaran diberikan bimbingan lebih banyak yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang disodorkan oleh guru. Pertanyaan-pertanyaan pengarah selain dikemukakan langsung oleh guru juga diberikan melalui pertanyaan yang dibuat dalam LKS. 
Oleh sebab itu LKS dibuat khusus untuk membimbing siswa dalam melakukan percobaan dan menarik kesimpulan. Seperti halnya siswa SMP    lebih cocok apabila diberikan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing karena mereka masih dalam tarap baru mengenal pembelajaran dengan model inkuiri ini.
Dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing, penyajian pelajaran diawali dengan penjelasan suatu peristiwa yang penuh teka-teki. Siswa secara individu akan termotivasi menyelesaikan teka-teki yang dihadapkan pada mereka dan membimbing mereka kepada suatu pencarian dan penyelidikan secara disiplin.
d.      Model Pembelajaran Inkuiri Bebas Terbimbing
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.
Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi bimbingan, agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.
Sedangkan menurut W.R Romey (1968) membedakan inkuiri menjadi dua tingkat, yaitu :
(a)    Inkuiri dengan aktivitas terstruktur.
Dalam inkuiri dengan “Aktivitas terstruktur” siswa memperoleh petunjuk-petunjuk lengkap yang mengarahkan pada prosedur yang didesain untuk memperoleh sesuatu konsep atau prinsip tertentu.
(b)   Inkuiri dengan aktivitas tidak terstruktur.
Dalam inkuiri dengan “Aktivitas Tidak Terstruktur”, hanya terdapat penyajian masalah, dan siswa secara bebas memilih dan menggunakan prosedur-prosedur masing-masing, menyusun data yang diperolehnya, menganalisisnya dan kemudian menarik kesimpulan.
3.      Deskripsi Media Pembelajaran ICT (Information Communication And Technologi).
a.      Pengertian media pembelajaran.
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar  mengajar. Segala sesuatu yang dapay digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran.
Menurut Heinich et.al dalam Daryanto (2010:4) menyatakan bahwa: “kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima”.
 Rossi dan Breidle dalam Sanjaya (2010:163) mengemukakan bahwa :”media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan penidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya”.
Sedangkan menurut Briggs ( 2000) menyatakan bahwa; “ media pembelajaran adalah sarana fisik unruk menyampaikan isi/ materi pembelajaran seperti buku,film,video dan lain sebagainya”.
Sedangkan Oemar Hamalik ( 1996 ) mendefinisikan bahwa ;
“Media sebagai teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Media pembelajaran merupakan perantara atau alat untuk memudahkan proses belajar mengajar agar tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien”.

Ada beberapa jenis media pembelajaran, diantaranya:
                                          
1)      Media visual: grafik,diagram,chart,poster,kartun, komik
2)      Media audial : radio, tape, recorder.laborateruim bahasa, dan sejenisnya.
3)      Projected still media : Over head Projector (OHP) in focus dan sejenisnya.
4)      Prohected Motion Media : Film, Televisi,Video (VCD,DVD,VTR) dan sejenisnya.
                        Tujuan menggunakan media pembelajaran diantaranya:
1)            Memotivasi minat atau tindakan: untuk memnuhi fungsi motivasi media pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan, hasil yang diharapkan adalah melahirkan minat dan merangsang para siswa atau pendengar untuk tidak turut memikul tanggung jawab,melayani secara sukarela,atau memberikan sumbangan material) pencapian tujuan ini akan mempengaruhi sikap,nilai dan emosi.
2)            Menyajikan informasi : untuk tujuan informasi,media pembelajaran dapat digunakan untuk penyajian informasu dihadapan sekelompok siswa, isi dan bentuk penyajian bersifat umum, berfungsi sebagai pengantar,ringkasan, laporan,atau pengetahuan latar belakang, penyajian data pula berbentuk hiburan,drama,atau teknik motivasi.ketika mendengar atau menonton bahan informasi para siswa bersifat pasif. Partisipasi yang diharapkan dari siswa hanya terbatas pada persetujaun atau ketidaksetujuan mereka secara mental,atau terbatas pada perasaan tidak/kurang senang,netral atau senang.
3)            Memberi instruksi ; media berfungsi sebagai intruksi dimana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak ataupun mental dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Materi harus dirancnag secara lebih sistematis dan psikologis dilihat dari segi prinsip-prinsip belajar agar siap menyiapkan instruksi yang efektif. Disamping memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan perorangan siswa.
Menurut Sadiman(2002:6).menyatakan bahwa ;
”Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi”

Dari pendapat di atas dapat simpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan makna baik itu verbal maupun non verbal yang akan merangsang pikiran, perasaan, dan motivasi siswa sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar mengajar yang baik.
Hakikatnya media belajar itu perlu dalam proses pembelajaran, namun kenyataannya dilapangan banyak guru yang belum mampu memanfaatkan media pembelajaran yang sudah ada, itu hanya perlu ada sikap representative guru dan memilih media pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing. Media yang baik adalah media pembelajaran yang telah tersedia dan bagaimana guru memberi makna pada media belajar sesuai dengan karakterisitik siswa.
Adapun tujuan menggunakan media pembelajaran yaitu mempermudah proses belajar mengajar,meningkatkan efesiensi belajar mengajar,menjaga relevansi dengan tujuan belajar,membantu konsentrasi siswa.


b.      Penegertian media pembelajaran ICT (information communication and technology).
Tekonologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data,memproses,mendapatkan, menyususn, menyimpan, dan memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi, yaitu informasi yang relevan, akurat dan dan tepat waktu.
            Pada saat ini pembelajaran ICT di lingkungan sekolah merupakan hal yang sangat penting karena semakin pesat kebutuhan informasi  dan komunikasi dalam berbagai keperlulan siswa, ICT secara umum di artikan perangkat Komputerisasi yang bisa mengakses webset banyak dimanfaatkan untuk meningkatkan hasil belajar yang lebih baik.
Menurut ma’mur asmani (2011:10) menyatakan bahwa ;
“ICT adalah paying besar terminology yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memperoses dan menyampiakan informasi, salah satu komponen ICT yaitu computer yang digunakan untuk menerima,menyimpan,memproses,menampilkan data atau informasi. Yang dimaksud computer meliputi hardware,software dan teknologi stroge ( penyimpanan)”.
                                       
Hal yang sama juga dikemukakan Ariesto Hadi Sutopo (2102:1) menyatakan bahwa :
“ICT adalah teknologi yang mencakupb seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyimpan informasi. ICT / TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi”.
Menurut munir (2008 : 16 ) menyatakan bahwa ;
“Teknologi informasi menekankan pada pelaksana dan prosesan data menangkap,mentranmisikan,menyimpan,mengambil,memanipulasi atau menampilkan data dengan menggunkan perangkat-perangkat teknologi elektronik seperti computer, sedangkan teknolgi komunikasi menekankan pada perangkat teknologi elekektronika dan lebih menekankan pada aspek ketercapaian data proses komunikasi,sehingga data dan informasi yang diolah dengan teknologi informasi harus memenuhi kriteria komunikasi yang efektif ”.

Sedangkan menurut Prof.Dr.Ir.Dodi Nandika,Ms menyatakan Bahwa:
“ICT adalah medium proses pembelajaran, dimana guru dapat mengjar muird dapat belajar. Medium untuk proses pembelajaran tersebut ada dalam bentuk seperti drill  dan peralatan exercise, dalam simulasi dan jaringan kerja pendidikan”.


Dan menurut UNESCO (2002 :13) mentayakan bahwa :
“ Unit-init khusus mencakup konsep-konsep ICT,pengunaan computer dan pengaturan file,memprosesan kata,lembaran-lembaran,database-database, menciptakan presentase – presntasi menemukan informasi dan berkomunikasi computer, issue – issue social dan etika dan pekerjaan- pekerjaan yang mengunakan ICT”.

         Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan ICT merupakan teknologi sebagai media / alat bantu yang mencakup seluruh peralatan tenis untuk memproses dan menyampikan informasi yang salah satunya dengan menggunkan computer yang berupa hardware dan software untuk menciptakan presantasi-presantasi agar memudahkan dalam proses belajar mengajar dikelas.
c.       Media ICT Menggunakan Aplikasi Power Point (PPT)
1)      Pandangan – pandangan para ahli mengenai PowerPoint
Beberapa pandangan para ahli mengenai aplikasi microscoft PowerPoint,misalnya,Macdoms (2009:1) menyatakan bahwa:
      Microsoft powerpoint merupakan versi baru dari Microsoft Office dengan perbuhan tampilan atau fitur yang lebih jauh berbeda dengan microssoft Powerpoint juga memiliki beberapa fasilitas dan fungsi otomatisasi tambahan yang makin memudahkan para penggunanya dalam memformat dan memodifikasi presentasi sehingga tampak lebih professional.
                                           
Adapun Blanche W.O’Bannon dan Kathleen Puckett (2007:224) menyatakan bahwa:
Various software packages have multimedia presentation (slideshow) capability,include AppleWork, KidPix and microsoft powerpoint: these also accommate students vaying age levels.all are capable of constructing linier presentations of information and MS.PowerPoint can easily contructing nonlinear presentation eksternal link to more information”.

Maksudnya adalah berbagai paket perangkat lunak (software) memiliki kemapuan presentasi (slide) termasuk AppleWork,KindPix,Delixe,dan Microsoft PowerPoint dapat dengan mudah membangun presentai untuk document hypermedia dengan link internal dan eksternal untuk informasi lebih lanjut.
Sanaky (2011:132) menyatakan bahwa:

“Microsoft PowerPoint merupakan program untuk membuat presentasi yang dapat digunakan untuk membuat program pembelajaran,sehingga program yang dihasilkan pun akan cukup menarik dengan komposisi warna dan animasi yang digunakan”.


Hal ini dijelaskan lebih oleh Richard E Mayer (2009:2) mengatakan bahwa:
“Presntasi PowerPoint yaitu dimana seseorang menyajikan slide dari computer yang diproyeksikan kelayar yang lebih besar lalu membicarakan isi masing-masing slide”.

Kemudian Yudhi Munandi (2008:150) menyatakan Bahwa:

“Aplikasi PowerPoint yang digunakan oleh Microsoft Inc.Pemanfaatan PowerPoint atau perangkat lunak  lainnya dalam presentasi menyebabkan kebagian presentasi menjadi lebih mudah, dinamis, dan sangat menarik dengan berbagai perkembangan pada perangkat lunak dan sejumlah perangkat perangkat keras penunjangnya besar pada trend metode presentasi saat ini”.

      Dari pernyataan para ahli di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa Powerpoint merupakan media pembelajaran berbasis ICT (information Communication and Technology) diera digital saat ini sangat membantu dalam proses pebelajaran untuk memotivasi siswa dalam memahami materi pembelajaran,didalam program Microsoft PowerPoint mempermudahkan guru mengintegrasikan teks,audio,grafik,video,animasi. Hal ini menyebabkan PowerPoint menjadi media yang menarik.
2)      Kelebihan – kelebihan Microsoft PowerPoint.
Menurut Yudhi Munadi (2008:150) mengemukakan bahwa;
“ (1), mampu menampilkan objek-objek yang sebenarnya tidak ada secara fisik dengan imagery.secara kognitif pembelajaran dengan menggunakan mental imegary akan menuingkatkan retensi siswa dalam mengingat materi-materi pelajaran,(2) memiliki kemampuan dalam menggabungkan semua unsur media sperti teks,video,animasi,image ,grafik dan sound menjadi satu kesatuan penyajian yang terintegrasi,(3)memiliki kemampuan dalam mengakomodasi peserta didik sesuai dengan modalitas belajarnya,terutama bagi mereka yang memilki type visual,audiotif,kinestetik,atau lainnya.(4) mampu mengembnagkan materi pembelajaran terutama membaca dan mendengarkan dengan mudah.”.
Sedangkan Menurut Mustaqon (2012:192) kelebihan pembelajaran bebasis ICT (Information Tecnologi And Communication) antara lain adalah :
ü  Computer bisa mengakomodasi keragaman modalitas belajar siswa.
ü  Penyajian materi lebih efektif dan efesien
ü  Tampilan lebih menarik karena bisa diakomodasikan sesuai denngan kebutuhan
ü  Meningkatkan minat siswa untuk belajar karena bisa menampilkan materi secara visual, audio, dan kinestetik.
            Dari pernyataan di atas maka penulis simpulkan bahwa kelebihan- kelebihan powerpoint yaitu :
ü  Dapat menarik minat peserta didik materi yang disampaikan dapat menggabungkan semua insur media yang dilihat sekaligus bisa untuk didengar.
ü  Dapat mengakomodasi pesertab didik materi yang disampaikan guru dapat diserap banyak oleh peserta didik sesuai modalitas belajarnya
3)      Prosedur Pembuatan PowerPoint
Menurut Tang Seng (2003:81-82) menyatakan bahwa :
      Ada beberapa yang perlu perhatikan dalam desain elemen multimedia:
(a)    Pemilihan jenis huruf
        Jenis huruf yang sebaiknya digunakan adalah jenis Sans Serif seperti Times New Roman dan Arial. Untuk warna huruf sebaiknya kontras dengan latar belakang, hal ini membuat lebih mudah dilihat dan dibaca.dan ukuran huruf minimum 24 points dan sebaliknya tidak lebih dari ukuran 12 points.
(b)   penggunaan animasi dan video
      Penggunaan animasi dan video dalam pembelajaran berbasis computer dapat membantu siswa dalam belajar. Keuntungan menggunakan animasi antara lain, dapat menggambarkan yang biasanya tidak kelihatan contoh (pergerakan atom),penggunaan animasi-animasi sederhana untuk menggambarkan simulasi lebih baik dari pada video, animasi memerlukan ruang memori yang lebih kecil dari pada video clip. Keuntungan menggunakan video adalah dapat menunjukan situasi yang nyata kepada siswa sehingga siswa dapat melihat gambar yang terbaik.
(c)      Penggunaan warna
      Pemilihan warna untuk tampilan visual sangat penting sehingga tampilan yang dipilih dapat mengirimkan pesan kepada siswa. Dua pertimbangan dalam pemilihan warna. Pertimbangan pertama adalah warna yang dipilih dapat memberikan dampak yang selaras dibandingkan dengan yang lain. Pertimbangan kedua adalah warna yang dipilih mempertimbangkan dampak emosi dari warna.biru,hijau dan ungu adalah warna lembut,sedangkan orange dan warna merah adalah warna hangat.
(d)   Penggunaan audio
      Audio adalah salah satu media yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar, audio dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa,bahan tampilan didalam screen, menimalkan pesan yang ingin disampaikan di dalam screen,mengumumkan peristiwa dan memotivasi siswa
      Jadi dari pernyataan di atas di simpulkan bahwa dengan menggunakan PowerPoint yang sesuai dengan Prosedur yang baik akan menimbulkan kesan yang penting buat pembelajaran agar siswa dapat memahami materi pembelajaran dengan baik.



d.      Media ICT menggunakan Software Macromedia Flash 8
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan bahan-bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara kerumitan bahan yang akan disampaikan. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi mempengaruhi banyak sector kehidupan guru yang bergelut di bidang pendidikan dan pengajaran juga tidak luput dari pengaruh tersebut. Guru dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi, terutema sekali teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang berkembang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Apabila guru tidak mampu mengikuti kecepatan perubahan teknologi, maka dikhawatirkan guru akan gagal menjalankan fungsinya sebagai pengajar dan pendidik.Seiring dengan kemajuan teknologi, ada banyak sarana dan prasarana yang membuat proses belajar mengajar (PBM) jauh lebih menyenangkan bagi peserta didik. Ini mengakibatkan PBM yang mengandalkan kapur dan papan tulis nampaknya akan semakin ditinggalkan tergilas oleh kemajuan teknologi. Guru dalam kegiatan pengajarannya dapat memanfaatkan leptop (computer jinjing) dan LCD proyektor dalam member materi pelajaran kepada para siswanya. Melalui kecanggihan teknologi ini PBM pastinya akan menjadi jauh lebih menarik. Dan, semakin kreatif guru dalam memanfaatkan teknologi, maka akan semakin baik pula daya serap siswa terhadap materi pelajaran.
Menurut Yudhiantoro (2006:1) menyatakan bahwa
Macromedia Flash adalah sebuah program yang ditujukan kepada para desaigner maupun programer yang bermaksud merancang animasi untuk pembuatan halaman web, presentasi untuk tujuan bisnis maupun proses pembelajaran hingga pembuatan game interaktif serta tujuan-tujuan lain yang lebih spesifik”.
Menurut Riski Rahman J. (2008:5) menyatakan bahwa
Macromedia Flash adalah software yang banyak dipakai oleh para profesional web karena kemampuannya yang mengagumkan dalam menampilkan multimedia, menggabungkan unsur teks, grafis, animasi, suara dan serta interaktivitas bagi pengguna program animasi internet”.
Sedangkan menurut Astuti Salim (2011:2) menyatakan bahwa :
Macromedia Flash adalah salah satu Future Splash Animator yang memudahkan pembuatan animasi pada layar komputer dalam menampilkan gambar secara audiovisual dan lebih menarik”.

Macromedia Flash juga dilengkapi dengan tool-tool (alat-alat) untuk membuat gambar yang kemudian akan dibuat animasinya. Selanjutnya animasi disusun dengan menggabungkan adegan-adegan animasi hingga menjadi movie. Langkah terakhir adalah menerbitkan media tersebut ke media yang dikehendaki.
Macromedia Flash adalah program yang bisa menghasilkan file kecil (ringan) sehingga mudah diakses pada halaman web tanpa membutuhkan waktu loading yang lama. Macromedia Flash menghasilkan file dengan ekstensi .flash. Setelah file tersebut siap dimuat kehalaman web, selanjutnya file akan disimpan dalam format .swf agar dapat dibuka tanpa menginstal perangkat lunak Flash, tetapi cukup menggunakan Flash Player yang dipasang pada browser berbasis Windows
 Menurut Arno Prasetio (2006: 9) menyatakan bahwa:
Macromedia Flash adalah suatu software animasi yang dapat digunakan untuk mempermudah penyampaian suatu konsep yang bersifat abstrak yang dalam penerapannya menggunakan komputer dan media imager proyector. Software ini mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan software animasi lainnya di antaranya adalah program yang berorientasi objek, mampu mendesain gambar berbasis vector, kemampuannya menghasilkan animasi gerak dan suara dan dapat dipergunakan sebagai software pembuat situs website, serta masih banyak keunggulan lainnya dibandingkan dengan software animasi lain. Dengan keunggulan dan kelebihan yang dimilikinya, Macromedia Flash Professional 8 sebagai teknologi Audiovisual, mampu menghasilkan fitur-fitur baru yang dapat dimanfaatkan dalam pendidikan”.

Menurut Wirawan Istiono (2006:13) mengemukakan bahwa:
Macriomedia Flash adalah suatu program aplikasi berbasis vektor standar authoring tool professional yang digunakan untuk membuat animasi dan bitmap yang sangat menarik untuk membuat animasi logo, movie, game, menu interaktis, dan pembuatan aplikasi-aplikasi web”.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Macromedia Flash 8 merupakan software yang mampu menghasilkan presentasi, game, film, CD interaktif, maupun CD pembelajaran, serta untuk membuat situs web yang interaktif, menarik, dan dinamis. Dari uraian di atas, maka Macromedia Flash 8 cocok digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA.
B.     KERANGKA BERPIKIR
Pendidikan IPA seharusnya dilaksanakan dengan baik dalam proses pembelajaran di sekolah, mengingat pentingnya pelajaran tersebut seperti yang telah diungkapkan di atas. Pembelajaran IPA dikatakan berhasil apabila semua tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai, yangterungkap dalam hasil belajar IPA. Namun dalam kenyataannya, masih adasekolah-sekolah yang memiliki hasil belajar IPA yang rendah karenabelummencapai standar ketuntasan yang telah ditentukan.
Namun Dalam kenyataan nya Hasil belajar IPA yang didapatkan siswa  masih rendah, hal ini ditunjukkan pada nilai UAS semester gasal yang sebagian siswanya masih belum mencapai standar kriteria ketuntasan minimal (KKM). Batas nilai KKM IPA yang telah ditentukan adalah 6,5. Kenyataan dilapangan masih banyaknya siswa yang belum tercapai KKM, bahkan dilihat dari kuantitasnya tapai kualitas komperhensif pembelajaran IPA sangat rendah.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diidentifikasi tiga variabel sebagai berikut, yaitu variabel penggunaan metode pembelajaran drill (X1), variabel ketahanmalangan (X2), dan variabel prestasi belajar matematika siswa (Y) yang diduga mempunyai hubungan pengaruh sebagai berikut:
1)      Pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri  (X1) terhadap Hasil belajar IPA siswa (Y)   
Hasil belajar IPA merupakan perubahan tingkah laku seseorang yang meliputi aspek kognitif, afektif dan atau psikomotor setelah menempuh kegiatan belajar selama periode tertentu, yaitu segala materi yang berhubungan tentang IPA, yang tingkat kualitas perubahannya sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang ada dalam diri siswa dan lingkungan sosial yang mempengaruhinya.
Hasil belajar siswa akan semakin tinggi apabila seluruh unsur yang mempengaruhinya memberikan kontribusi yang cukup besar. Salah satu faktor tersebut adalah kompetensi guru, artinya guru yang mampu menggunakan berbagai macam strategi pembelajaran akan mampu meningkatkan semangat siswa untuk belajar. Penggunaan model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan akan dapat membantu siswa meningkatkan prestasi belajarnya.
Model pembelajaran inkuiri sesuai dipergunakan pada IPA karena karakteristik pelajaran IPA bukan asumsi atau issue- issue dimana siswa berfikir discovery pada pelajaran IPA model pembelajaran Inkuiri merupakan  proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan- pertanyaan atau rumusan – rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir logis.
Dari uraian di atas, maka diduga bahwa ada perbedaan Hasil belajar IPA antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Inkuiri dengan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional.

2)      Pengaruh Ketahanmalangan Siswa (X2) terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa (Y)
Prestasi belajar merupakan indikator yang menunjukkan kinerja siswa sepanjang masa belajarnya. Prestasi belajar merupakan hasil dari semua upaya siswa mempergunakan semua faktor internalnya termasuk didalamnya kecerdasan, emosi bakat dan pembawaannya
Media pembelajaran ICT (information Communication and Tecnologi) dalam pembelajaran IPA merupakan segala sesuatu yang dapat menyalurkan makna baik itu verbal maupun non verbal yang akan merangsang pikiran, perasaan, dan motivasi siswa sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar mengajar yang baik.
Dalam hubungannya dengan Hasil belajar, media pembelajaran merupakan faktor Eksternal  yang sangat penting. Media ICT  berhubungan cara menggunakan alat dan bahan pelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk lebih baik, karena penggunaan Media pembelajaran yang baik akan berdampak dengan hasil belajar tinggi. Sebaliknya jika dalam proses pembelajaran guru mampu menerapkan metode yang sesuai namun hanya sebatas pengetahuan tanpa ada tindak lanjutan dalam perkembangan teknologi output tidak bisa bersaing dengan perkembangan jaman.
Dari uraian di atas maka diduga terdapat pengaruh langsung Media ICT ( information communication  and technologi ) terhadap hasil belajar matematika siswa.
3)    Perbedaan Pengaruh Interaksi antara Penggunaan Model pembelajaran Inkuiri  (X1) dan media ICT (information Communication and Technologi ) (X2) terhadap Hasil Belajar IPA (Y)
hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sedangkan dari sisi guru hasil belajar sebagai alat ukur, apakah siswa telah mengusai materi yang telah dipelajarinya. 
            Sedangkan ICT merupakan teknologi sebgai media / alat bantu yang mencakup seluruh peralatan tenis untuk memproses dan menyampikan informasi yang salah satunya dengan menggunkan computer yang berupa hardware dan software untuk menciptakan presantasi-presantasi agar memudahkan dalam proses belajar mengajar dikelas.
Dalam hubungannya dengan hasil belajar Media ICT merupakan faktor Eksternal yang akan membantu meningkatkan hasil belajar dalam Pelajaran IPA, media ICT merupakan alat bantu untuk memberikan Pengalaman belajar yang berkesan tidak hanya mendengar mencatat dan mengerjakan soal, namun dengan Media ICT siswa akan jauh lebih berkembang meguasai konsep pembelajaran IPA.
            Dalam Hubungan dengan hasil Belajar IPA model pembelajaran merupakan hal yang penting karena 70 % keberhasilan pembelajaran itu ditentukan oleh guru  itu tersebut, model pembelajaran Inkuiri merupakan model pembelajaran yang memacu siswa akan lebih berfikir kreatif karena model inkuiri merangsang siswa tidak menerima mentah- mentah pemberian pembelajaran, karena harus mengutamakan prinsip eksplorer mendapatkan konsep itu tersebut, dengan hal tersebut peningkatan hasil belajar pun akan lebih baik dengan model pembelajaran inkuri dibandingkan dengan pembelajaran Konvensional dimana siswa belajar satu arah tanpa ada kesan yang mendalam tenatang pembelajaran itu tersebut.
Dari uraian di atas maka diduga terdapat pengaruh langsung model pembelajaran inkuiri  dan Media ICT ( information communication and technologi ) secara bersama-sama terhadap prestasi belajar IPA

C.    PENELITIAN RELEVAN
1)      Nama: Made Suriatna, Tahun:2008, Judul : pengaruh pembelajaran kontekstual dan penggunaan media ICT terhadap Hasil belajar siswa
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran kontekstual dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional, (2) mendeskripsikan perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang menggunakan media berbasis ICT dan siswa yang menggunakan media konvensional, (3) mendeskripsikan pengaruh interaktif antara pendekatan pembelajaran dengan  penggunaan media terhadap prestasi belajar matematika. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Banjarangkan dengan menggunakan metode eksperimen semu dengan Posttest-Only Control Group Design, yang melibatkan sampel sebanyak 132 siswa yang dipilih dengan teknik sampling kelompok. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL) yang dilakukan pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional yang dilakukan pada kelompok kontrol. Variabel moderator adalah media ICT dan media konvensional. Sebagai variabel terikat adalah prestasi belajar matematika. Instrumen penelitian berupa tes prestasi belajar matematika yang digunakan dalam menjaring data. Analisis data menggunakan ANAVA dua jalur dan uji Tukey. Hasil analisis menunjukkan hal-hal sebagai berikut. (1) Prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran kontekstual lebih baik secara signifikan daripada prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dengan Q hitung sebesar 4,197. (2) Prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan media ICT lebih baik secara signifikan daripada prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan media  konvensional dengan Q hitung sebesar 3,336. (3) Terdapat pengaruh interaktif antara model pembelajaran yang diterapkan dengan media  pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika siswa dengan F hitung sebesar 18,649.  
2)      Nama : Sri Lestari, tahun : 2008, Judul : Pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan media audio visual dan modul bergambar disertai lks terhadap prestasi belajar fisika ditinjau dari kemampuan awal dan aktivitas belajar siswa ( studi kasus pada materi tata surya bagi siswa
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan media audio visual disertai LKS dan media modul bergambar disertai LKS, (2) perbedaan pengaruh antara siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah, (3) perbedaan pengaruh antara siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi dengan siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah, (4) interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan media audio visual disertai LKS, media modul bergambar disertai LKS, dan kemampuan awal, (5) interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan media audio visual disertai LKS, media modul bergambar disertai LKS, dan aktivitas belajar, (6) interaksi pengaruh antara kemampuan awal dan aktivitas belajar, (7) interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan media audio visual disertai LKS, media modul bergambar disertai LKS, kemampuan awal dan aktivitas belajar, terhadap prestasi belajar fisika pada materi Tata Surya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2007 sampai Juni 2007, menggunakan metode eksperimen murni. Populasi adalah semua siswa kelas VII SMP Negeri 1 Nogosari tahun pelajaran 2006/2007. Sampel adalah empat kelas dan diambil secara acak. Kelas VII A dan VII B adalah kelas eksperimen I, sedangkan kelas VIIC dan VIID adalah kelas eksperimen II. Data dikumpulkan dengan metode tes, dokumentasi, angket dan observasi. Data dianalisis dengan teknik analisis varians (anava) tiga jalan sel tak sama, dilanjutkan metode Scheffe. Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa: (1) terdapat perbedaan pengaruh antara penggunaan pembelajaran model inkuiri terbimbing dengan media audio visual disertai LKS dan media modul bergambar disertai LKS, (2) terdapat perbedaan pengaruh antara siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah, (3) terdapat perbedaan pengaruh antara siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi dengan siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah, (4) Tidak terdapat interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan media audio visual disertai LKS, media modul bergambar disertai LKS, dan kemampuan awal, (5) Terdapat interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan media audio visual disertai LKS, media modul bergambar disertai LKS, dan aktivitas belajar, (6) Tidak terdapat interaksi pengaruh antara kemampuan awal dan aktivitas belajar, (7) Terdapat interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan media audio visual disertai LKS, media modul bergambar disertai LKS, kemampuan awal dan aktivitas belajar, terhadap prestasi belajar fisika pada materi Tata Surya. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan media audio visual disertai LKS dan media modul bergambar disertai LKS, (2) perbedaan pengaruh antara siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah, (3) perbedaan pengaruh antara siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi dengan siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah, (4) interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan media audio visual disertai LKS, media modul bergambar disertai LKS, dan kemampuan awal, (5) interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan media audio visual disertai LKS, media modul bergambar disertai LKS, dan aktivitas belajar, (6) interaksi pengaruh antara kemampuan awal dan aktivitas belajar, (7) interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan media audio visual disertai LKS, media modul bergambar disertai LKS, kemampuan awal dan aktivitas belajar, terhadap prestasi belajar fisika pada materi Tata Surya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2007 sampai Juni 2007, menggunakan metode eksperimen murni. Populasi adalah semua siswa kelas VII SMP Negeri 1 Nogosari tahun pelajaran 2006/2007. Sampel adalah empat kelas dan diambil secara acak. Kelas VII A dan VII B adalah kelas eksperimen I, sedangkan kelas VIIC dan VIID adalah kelas eksperimen II. Data dikumpulkan dengan metode tes, dokumentasi, angket dan observasi. Data dianalisis dengan teknik analisis varians (anava) tiga jalan sel tak sama, dilanjutkan metode Scheffe. Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa: (1) terdapat perbedaan pengaruh antara penggunaan pembelajaran model inkuiri terbimbing dengan media audio visual disertai LKS dan media modul bergambar disertai LKS, (2) terdapat perbedaan pengaruh antara siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah, (3) terdapat perbedaan pengaruh antara siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi dengan siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah, (4) Tidak terdapat interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan media audio visual disertai LKS, media modul bergambar disertai LKS, dan kemampuan awal, (5) Terdapat interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan media audio visual disertai LKS, media modul bergambar disertai LKS, dan aktivitas belajar, (6) Tidak terdapat interaksi pengaruh antara kemampuan awal dan aktivitas belajar, (7) Terdapat interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan media audio visual disertai LKS, media modul bergambar disertai LKS, kemampuan awal dan aktivitas belajar, terhadap prestasi belajar fisika pada materi Tata Surya.
D.    HIPTESIS PENELITIAN
Berdasarkan uraian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas maka hipotesis penelitian ini adalah :
1.      Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar ipa.
2.      Terdapat pengaruh media ICT (information communication and technologi) terhadap hasil belajar ipa.
3.      Terdapat perbedaan pengaruh interaksi antara penggunaan model pembelajaran inkuiri  dan  media ICT (information communication and technologi)terhadap hasil  belajar matematika ipa.


BAB  III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama  (SMP) Negeri di Tangerang Barat gugus 04 Kota Administrasi Kabupaten Tangerang. Di wilayah  tersebut terdapat 4 buah SMP Negeri, yaitu SMP Negeri 1 Kresek, SMP Negeri 1 Gunung kaler, dan SMP Negeri Satap Rancailat. SMP Negeri 1 Gunung Kaler Kondisi siswa menurut di sekolah-sekolah tersebut bisa dilihat pada Tabel 3.1. berikut :
Tabel 3.1.  Jumlah Guru di SMA Negeri Se Kecamatan Ciracas
No
Nama Sekolah
Kelas
Jumlah Rombel
Jumlah Siswa
Jumlah
1
SMP Negeri 1 Kresek,
VII
9
274
806
VIII
9
268
IX
8
264
2
SMP Negeri 1 Gunung Kaler
VII
4
312
949
VIII
4
306
IX
4
331
3
SMP Negeri Satap Rancailat
VII
3
272
793
VIII
3
264
IX
3
257
Jumlah
2548
Sumber : Seksi Pendidikan SMP Kecamatan Kresek Kabupaten Tangerang

2.      Waktu
49
  Proses penelitian diperkirakan waktunya sekitar empat bulan dari bulan Maret sampai bulan Juni tahun 2013, mulai dari penentuan masalah, penyusunan proposal dan menyelesaikan laporan penelitian dan penyelesaian tesis diperkirakan sesuai dengan jadwal penelitian yang telah diprogramkan seperti yang terlihat di Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Jadwal Penelitian

No

Jenis Kegiatan
Bulan/Minggu ke-
Maret
April
Mei
Juni
Juli
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
 1.
Penentuan masalah/judul



















 2.
Survey Pendahuluan


















 3.
Menyusun proposal/ Bimbingan Pendahuluan


















 4.
Menyusun instrumen


















 5.
Uji Coba Instrumen


















 6.
Proses Treatment dan pengumpulan data












 7.
Mengolah Data

















 8.
Penyusunan Laporan


















B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan model analisis teatment by level. Jenis pungujian yang digunakan adalah Anova Dua Arah. Eksperimen dilakukan pada dua kelompok/sampel dimana masing-masing kelompok diberi perlakuan (treatment) yang berbeda. Kelompok pertama diajar dengan menggunakan pembelajaran Model pembelajaran Inkuiri sedangkan kelompok kedua diajar dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional. Masing-masing kelompok dibagi lagi menjadi dua kategori menurut pembelajaran media ICT dalam belajar, yaitu kelompok yang menggunakan media ICT dengan PowerPoint (PPT) dan kelompok yang menggunakan  media ICT dengan Macromedia Flash Player 8.

Tabel 3.3.  Desain Penelitian
Level :
Media ICT  (B)
Treatment : Model Pembelajaran (A)
∑B
inkuiri(A1)
Konvensional (A2)
PowerPoint  (B1)
Y11
Y12
∑B1
Macromedia Flash Player 8. (B2)
Y21
Y22
∑B2
∑A
∑A1
∑A2

Keterangan :
A1       : Hasil belajar IPA pada kelompok responden yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri
A2       : Hasil belajar IPA pada kelompok responden yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional
B1        :  Hasil belajar IPA pada kelompok responden yang menggunakan media ICT dengan PowerPoint
B2        : Hasil belajar IPA pada kelompok responden yang menggunakan media ICT dengan Macromedia Flash Player 8
Y11      :  Hasil belajar IPA pada kelompok responden yang diajar dengan menggunakan Model pembelajaran inkuiri dan menggunakan media ICT dengan PowerPoint
Y12     : Hasil belajar IPA pada kelompok responden yang diajar dengan menggunakan Model pembelajaran inkuiri dan menggunakan media ICT dengan Macromedia Flash Player 8
Y21     : Hasil belajar IPA pada kelompok responden yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional dan menggunakan Media ICT dengan PowerPoint
Y22     : Hasil belajar IPA pada kelompok responden yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional dan menggunakan media ICT dengan Macromedia Flash Player 8

C.  Populasi dan Sampel 
1.      Populasi Target
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX (Sepuluh) Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di wilayah Kecamatan Kresek Kota Administrasi Kabupaten Tangerang 2013/2014.
2.      Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Kresek Kabupaten Tangerang  tahun  pelajaran 2013/2014. Kondisi anggota populasi terjangkau ini ini sesuai yang tertera pada Tabel 3.2..
3.      Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel                                                                                     
Dari populasi terjangkau yang ada kemudian dipilih dua kelas untuk dijadikan kelas-kelas eksperimen, yaitu kelas yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran inkuri dan kelas yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional. Pemilihan dua kelas tersebut dilakukan secara acak (random) tertimbang dari kelas-kelas paralel yang ada. Yang dijadikan pertimbangan adalah rata-rata prestasi akademis, yaitu kelas yang mempunyai rata-rata prestasi belajar hampir sama.
Dari dua kelas yang terpilih, karena setiap kelas hanya akan dipilih 32 siswa sebagai anggota sampel, maka siswa-siswa anggota sampel tersebut dipilih secara acak tertimbang. Sebagai pertimbangan calon anggota sampel adalah bahwa siswa tersebut tidak termasuk kelompok istimewa, yang dimaksud kelompok istimewa adalah siswa yang terlalu pandai atau sebaliknya, bermasalah dalam kehadiran atau bermasalah dalam kedisiplinan.
D.     Teknik Pengumpulan Data
1.      Data Penelitian
Sesuai dengan desain penelitian di atas, maka data penelitian yang diperlukan dalam penelitian ini adalah  Data hasil Belajar IPA
2. Sumber Data
Sedangkan sumber data untuk data tentang Hasil belajar IPA adalah jawaban yang diberikan oleh responden atas soal tes yang diberikan oleh peneliti.
3.  Teknik Mendapatkan Data
Teknik pengumpulan data untuk data tentang hasil Belajar IPA adalah dengan melaksanakan tes setelah proses pembelajaran materi yang dieksperimenkan selesai. Dua kelompok eksperimen tersebut diuji dengan soal yang sama.



E.  Pengembangan Instrumen Penelitian
1.      Instrumen Pengukuran Hasil Belajar IPA
a.      Defenisi Konseptual
Hasil Belajar IPA siswa  adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti materi IPA yang berupa data kualitatif maupun data kuantitatif.
b.      Defenisi Operasional
hasil Belajar IPA siswa adalah penggabungan skor yang diperoleh siswa secara individu maupun kelompok  setelah melaksanakan kegiatan belajar sistem eksresi jawaban yang benar dibagi dua. 
c.       Kisi-kisi Instrumen Pengukuran hasil  belajar IPA
Table 3.4. Kisi-kisi Instrumen Pengukuran hasil  belajar IPA
No
Kompetensi
Indikator
C1
C2
C3
C4
Jumlah
1
Mendeskripsikan sistem ekskresi pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan
Membandingkan macam organ penyusun sistem ekskresi pada manusia

1
2
3


1
2

4
5, 6


2
Menentukan kedudukan garis dan bidang dalam ruang
7
8


2
Menentukan kedudukan antara dua bidang dalam ruang

9


2
2
Mendeskripsikan sistem ekskresi pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan
Menentukan jarak titik dan garis dalam ruang

10
11,12, 13
14
5
Menentukan jarak titik dan bidang dalam ruang

15
16, 17,
18
5
Menentukan jarak antara dua garis bersilangan dalam ruang


19, 20

3
3
Mendeskripsikan sistem ekskresi pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan
Menentukan besar sudut antara dua garis dalam ruang


21, 22

2
Menentukan besar sudut antara garis dan bidang dalam ruang


23, 24
25,26
3
Menentukan besar sudut antara dua bidang dalam ruang


27,28
29,30
2
Jumlah
3
7
14
6
30

d.      Kalibrasi Instrumen
Untuk mengkalibrasi instrumen dilakukan dengan menguji tingkat kesukaran, validitas setiap butir soal, reliabilitas instrumen, dan daya pembeda butir soal.  Pengujian tersebut  dilakukan pada  18 orang responden anggota populasi tetapi bukan calon anggota sampel. Rumus-rumus yang digunakan untuk pengujian disesuaian dengan jenis instrumen yaitu soal tes berbentuk pilihan ganda.

1)      Tingkat Kesukaran Butir Soal Test hasil  belajar IPA Indeks tingkat kesukaran atau Proportional Correct dinotasikan dengan p untuk soal pilihan ganda diuji dengan rumus (Safari, 2005 : 23) :
;   dimana
JB = jumlah peserta tes yang menjawab benar
N  = jumlah peserta tes
Kriteria tingkat kesukaran yang digunakan pada analisa ini adalah : jika p < 0,70 kategori soal mudah, 0,30 < p < 0,70 kategori soal sedang, dan p < 0,30 kategori soal sukar. 
Berdasarkan perhitungan pengujian yang tertera pada Lampiran 4, maka diperoleh bahwa distribusi tingkat kesukaran butir soal tes hasil belajar Matematika pada instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut :
a)      Soal dengan kategori mudah adalah soal nomor 1, 8, 9, 12, 17, dan 21.
b)      Soal dengan kategori sedang adalah soal nomor 2, 3, 4, 5, 7, 10, 11, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, dan 30
c)      Soal dengan kategori sukar adalah soal nomor 6, 13, 28, dan 29.

2)      Pengujian Validitas Butir Soal Test hasil  belajar IPA
Untuk menghitung validitas butir butir soal pilihan ganda diuji dengan menggunakan rumus korelasi biserial (Safari, 2005 : 71) dengan rumus :
;   dimana :
rbis(i) = Koefisien korelasi antara skor butir soal nomor i dengan skor total
Xi   = Rata-rata skor total responden yang menjawab benar butir soal nomor i
Xt   =  Rata-rata skor total semua  responden.
St   =  Standar deviasi skor total semua responden.
Pi   = Proporsi jawaban benar untuk butir soal nomor i
Qi   = Proporsi jawaban salah untuk butir soal nomor i
Nilai rbis yang diperoleh dari perhitungan selanjutnya dikonsultasikan dengan r tabel product moment, dimana kriteria penerimaan butir instrumen valid atau tidak digunakan uji validitas instrumen dengan rtabel,  yang ditentukan uji satu sisi dengan taraf signifikansi ( α ) = 0,05 dan derajat kepercayaan ( df ) = k – 2 (dimana k = banyaknya responden uji coba). Kriteria validitas butir soal adalah jika rhitung lebih besar atau sama dari pada rtabel maka butir dianggap valid, sedangkan jika rhitung lebih kecil dari pada rtabel tidak valid dan tidak digunakan atau butir pertanyaan tersebut dibuang. Pada penelitian ini karena uji coba instrumen dilakukan pada 20 orang siswa maka nilai rtabel adalah 0,3783.
Berdasarkan perhitungan pengujian validitas butir soal yang tertera pada Lampiran 6, maka diperoleh bahwa butir soal tes hasil belajar Matematika yang ada pada instrumen penelitian ini semuanya valid.
3)      Pengujian Realiabilitas Instrumen Test hasil Belajar IPA
Untuk pengujian reabilitas perangkat soal pilihan ganda digunakan rumus Kuder Richardson 20 (Safari, 2005 : 54), yaitu :
  ;   dimana  :
rKR       = Koefisien reliabilitas tes
k          = Banyaknya butir soal yang valid
St2          = Varians skor total
PiQi     = Varians skor tiap butir.
Pi         = Proporsi jawaban benar untuk butir i.
Qi        = Proporsi jawaban salah untuk butir i.
Angka reliabilitas yang diperoleh dari perhitungan selanjutnya dibandingkan dengan rtabel pada uji satu sisi dengan taraf signifikansi    ( a ) = 0,05 dan derajat kepercayaan (df) = k – 2 dimana k = banyaknya soal yang valid. Kriteria reliabilitasnya adalah jika rhitung lebih besar dari pada rtabel maka instrumen tersebut reliabel. Pada penelitian ini karena dari hasil uji coba validitas diperoleh banyaknya buti pertanyaan yang valid adalah sebanyak 30 butir pertanyaan, maka nilai rtabel adalah 0.3069.
Berdasarkan perhitungan pengujian reliabilitas perangkat soal yang tertera pada Lampiran 13, diperoleh bahwa koefisien korelasi (rhitung) reliabilitas adalah sebesar 0,914, lebih besar dari rtabel, maka perangkat soal tes hasil belajar Matematika pada penelitian ini reliabel.
2.      Instrumen Pengukuran media pembelajaran berbasis ICT
a.      Definisi Konseptual
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran ) yang berabasis ICT (information comunnication and technology) sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran,dan perasaan pebelajar dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai pembelajara tertentu.
b.     Definisi Operasional
Media Pembelajaran Berbasis ICT Adalah Alat Bantu Untuk Menyajikan Dan Memperjelas Informasi Dengan Memperlihatkan Gambar Video Dan Animasi Untuk Meningkatkan Hasil BelajarIPA
c.      Kisi – Kisi Instrumen
Kisi – kisi instrumen untuk mengukur variabel ketahanmalangan dituangkan dalam tabel 3 seperti tampak di bawah ini .


Tabel 3.5. Kisi-Kisi Instrumen Ketahanmalangan
No
Dimensi
Indikator
Deskriptor
No Item
Jumlah
1
Kepribadian
a. Penilaian diri positif
b. Optimisme
·   Menghargai kemampuan diri
·   Berorientasi ke masa depan
·   Mencari alternatif penyelesaian
·   Percaya pada perhitungan sendiri
1,2,3

4,5

6,7,8

9,10,11
3

2

3

3
2
Persepsi
a. Kontrol
b.Ownership
c. Reach
d. Endurance

·   Mampu mengen- dalikan diri
·   Menyadari kepemilikian
·   Melokalisir jangkauan masa
·   Dayatahan terhadap masalah
12,21,25

13,22,26
14,16,18,19,23
15,17,20,24
3

3
5

4
3
Kebiasaan
a. Perenca-naan
b.Ketekunan
·   Menuliskan cita-cita/kegiatan
·   Mengidentifikasi kendala
·   Melakukan evaluasi
·   Mencoba alternatif baru
27,28,35

29,30
31,33
32,34,35
3

2
2
3
Jumlah item
35
                                               
d. Jenis Instrumen Media ICT
      Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang Media ICT berbentuk kuesioner dengan menggunakan rating scale. Model rating scale yang digunakan dalam bentuk kontinum dengan 5 (lima) kategori, yaitu nilai jawaban sangat sesuai = 5, sesuai = 4, ragu-ragu = 3, tidak sesuai = 2, dan sangat tidak sesuai = 1. Semua pertanyaan diatur sedemikian rupa semua bermakna positif.

e. Teknik Kalibrasi Instrumen Media ICT
   Untuk mengkalibrasi instrumen dilakukan dengan menguji validitas setiap butir pertanyaan dan reliabilitas instrumen tersebut.  Pengujian tersebut dilakukan pada  20 orang responden anggota populasi tetapi bukan calon anggota sampel.
Untuk menghitung validitas butir kuesioner motivasi belajar siswa menggunakan rumus korelasi product moment pearson, dimana kriteria penerimaan butir instrumen valid atau tidak digunakan uji validitas instrumen dengan rtabel,  yang ditentukan uji satu sisi dengan taraf signifikansi ( α ) = 0,05 dan derajat kepercayaan ( df ) = k – 2 (dimana k = banyaknya responden uji coba). Kriteria validitas butir soal adalah jika rhitung lebih besar dari pada rtabel maka butir dianggap valid, sedangkan jika rhitung lebih kecil dari pada rtabel tidak valid dan tidak digunakan atau butir pertanyaan tersebut dibuang. Pada penelitian ini karena uji coba instrumen dilakukan pada 16 orang siswa maka nilai rtabel adalah 0,4259.
Berdasarkan perhitungan pengujian validitas butir soal yang tertera pada Lampiran 6, maka diperoleh bahwa banyaknya butir pertanyaan yang valid sebanyak 4 butir, yaitu butir nomor 20, 23, 29 dan 32. Butir pertanyaan yang tidak valid tersebut dibuang atau tidak digunakan untuk mendapatkan data penelitian.
Untuk perhitungan reabilitas koesioner motivasi belajar siswa menggunakan rumus Alpha Cronbach. Angka reliabilitas yang diperoleh dari perhitungan selanjutnya dibandingkan dengan rtabel pada uji satu sisi dengan taraf signifikansi   ( a ) = 0,05 dan derajat kepercayaan (df) = k – 2 dimana k = banyaknya soal yang valid. Kriteria reliabilitasnya adalah jika rhitung lebih besar dari pada rtabel maka instrumen tersebut reliabel. Pada penelitian ini karena dari hasil uji coba validitas diperoleh banyaknya buti pertanyaan yang valid adalah sebanyak 31 butir pertanyaan, maka nilai rtabel adalah 0.3015.
Berdasarkan perhitungan pengujian reliabilitas perangkat yang tertera pada Lampiran 13, diperoleh bahwa koefisien korelasi (rhitung) reliabilitas adalah sebesar 0,894, lebih besar dari rtabel, maka instrumen pengukuran Ketahanmalangan pada penelitian ini reliabel.
F.     Pengujian Persyaratan Analisis Data
Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi dua tahap, yaitu: (1) pengujian persyaratan analisis dan (2) pengujian hipotesis penelitian. Sebelum dilakukan pengujian persyaratan analisis, data dari setiap variabel dianalisis deskriptif untuk mendapat gambaran secara umum hasil penelitian. Data yang diperoleh akan disajikan dalam besaran statistik deskriptif seperti rata-rata (mean), nilai tengah (median), frekwensi terbanyak (modus), simpangan baku (standar deviasi). Selanjutnya  data disajikan dalam bentuk distribusi frekwensi dan histogram dari masing-masing perlakuan.

1.      Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil pengumpulan berdistribusi normal atau tidak. Hal ini akan berpengaruh pada proses lanjutan analisis statistik, jika data berdistribusi normal, maka analisis dilanjutkan menggunakan statistik parametrik, sedangkan jika data tidak berdistribusi normal, maka analisis dilanjutkan menggunakan statistik non parametrik. Uji normalitas dapat dilakukan menggunakan analisis Kolmogorov Smirnov dalam SPSS 17.0. Distribusi data dikatakan normal jika nilai sig KS > 0,05. Perhitungan normalitas akan dilakukan menggunakan bantuan program komputer SPSS 17.0.
2.      Uji Homogenitas
Untuk Uji Homogenitas (jika hanya dua sampel yang dibandingkan) digunakan hipotesis sebaga berikut :
H0 : s12  =  s22 =  s22  = ........ =  s22
H1 : s12  ¹  s22  ¹  s22 ¹ ……. ¹  s22
dimana s12  dan  s22  masing-masing adalah simpangan baku sampel pertama dan kedua.
Dalam praktiknya, akan digunakan bantuan program SPSS 17.0 untuk menghitung uji homogenitas, yaitu melalui pengujian Anova Satu Arah. Pada pngujian Anova Satu Arah dengan SPSS tersebut,  output yang diperhatikan adalah nilai kolom Sig pada tabel Test of Homogeneity of Variances. Kriteria pengujiannya adalah jika nilai Sig > 0,05 maka pengujian tersebut signifikan dalam arti bahwa data-data dari sampel tersebut diperoleh dari populasi yang homogen.
G.    Hipotesis Penelitian dan Teknik Pengujian Hipotesis
1.      Hipotesis Statistika
Sesuai dengan hipotesis yang sudah dibuat di akhir Bab II maka hipotesis statistika pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.       Hipotesis 1 :
H0 : µA1 =  µA2 ; 
H1 : µA1 > µA2  ;          artinya :
H0 :   tidak terdapat perbedaan rata-rata antara Hasil Belajar IPA siswa yang diajar dengan menggunakan model  pembelajaran inkuiri dengan rata-rata Prestasi belajar IPA siswa yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional.
H1 :   terdapat perbedaan rata-rata antara Hasil Belajar IPA siswa yang diajar dengan menggunakan model  pembelajaran inkuiri dengan rata-rata Hasil Belajar IPA siswa yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional
b.      Hipotesis 2 :
H0 : µB1 =  µB2 ; 
H1 : µB1 > µB2 ;                 artinya :
H0 :  tidak terdapat perbedaan rata-rata antara rata-rata hasil belajar belajar IPA siswa yang menggunakan Media ICT PowerPoint dengan rata-rata hasil belajar belajar IPA siswa yang menggunakan Media ICT Macromedia Flash.
H1 :  terdapat perbedaan rata-rata antara rata-rata hasil belajar belajar IPA siswa yang menggunakan Media ICT PowerPoint dengan rata-rata hasil belajar belajar IPA siswa yang menggunakan Media ICT Macromedia Flash.
c.       Hipotesis 3 :
H0 : A x B = 0 ; 
H1 : A x B ≠ 0 ;                   artinya :
H0 : tidak terdapat pengaruh interaksi penggunaan model pembelajaran Inkuiri dan Media ICT siswa terhadap hasil belajar IPA siswa.
H1 : Terdapat pengaruh interaksi penggunaan model pembelajaran Inkuiri dan Media ICT siswa terhadap hasil belajar IPA siswa.
2.      Teknik Pengujian Hipotesis 
Langkah-langkah untuk pengujian atau pebuktian hipotesis tersebut adalah sebagai berikut :
·         Membuat tabel untuk pengelompokan data yang diperlukan untuk pengujian Anova Dua Arah, yaitu sesuai dengan desain penelitian yang sudah ditulis pada awal bab ini.
Tabel 3.6.  Desain Anova Dua Arah
Level :
Media ICT
Treatment : Model pembelajran (A)
∑B
Inkuiri(A1)
Konvensional (A2)
Positif (B1)
Y11
Y12
∑B1
Negatif (B2)
Y21
Y22
∑B2
∑A
∑A1
∑A2

a.       Membuat tabel statistik deskriptif untuk masing-masing kelompok data. Tabel statistik deskriptif ini berisi harga-harga untuk setiap unsur yang diperlukan dalam ANOVA sebagai berikut :
Tabel 3.7. Table Statistik Deskriptif untuk Anova Dua Arah

A-1
A-2
∑B


B-1
ny
      
∑Y
∑Y2
ny
          
∑Y
∑Y2
ny
        
∑Y
∑Y2


B-2
ny
      
∑Y
∑Y2
ny
         
∑Y
∑Y2
ny
        
∑Y
∑Y2
∑A
ny
      
∑Y
∑Y2
ny
          
∑Y
∑Y2
ny
        
∑Y
∑Y2
Keterangan :
ny                = banyaknya subyek dalam kelompok
                      = rata-rata skor untuk masing-masing kelompok
    ∑Y                   = jumlah skor dalam setiap kelompok
    ∑Y2                  = jumlah kuadrat setiap skor dala kelompok
b.      Membuat tabel rangkuman ANOVA dua arah
Tabel 3.8. Table Statistik Deskriptif untuk Anova Dua Arah
Sumber Varians
UD
JK
RJK
Fh
Ft
0,05
0,01
Antar Kolom (Ak)
Antar Baris (AB)
Interaksi
db(Ak)
db(Ab)
db(I)
Jk(Ak)
Jk(AB)
Jk(I)
Rjk(Ak)
Rjk(Ab)
Rjk(I)
Fh (Ak)
Fh (Ab)
Fh (I)
Ft (Ak)
Ft (Ab)
Ft (I)
Ft (Ak)
Ft (Ab)
Ft (I)
Antar Kelompok (A)
Db(A)
Jk(A)
Rjk(A)
Fh (A)
Ft (A)
Ft (A)
Dalam Kelompok (D)
Db(D)
Jk(D)
Rjk (D)
Total di Reduksi (TR)
Rerata/Koreksi (R)
Db(TR)
Db(R)
Jk(TR)
Jk(R)
Rjk(TR)
Rjk(R)
Total (T)
80
Jk(T)

c.       Menentukan db, JK > RJK, Fh dan Ft
Menentukan derajat kebebasan (db), jumlah kuadrat (Jk), Varians (RJK) dan Fhitung­ (F­h) serta Ftabel (Ft) untuk pengisian dalam tabel rangkuman ANOVA di atas, yaitu diperoleh sebagai berikut:
1)        Menentukan derajat kebebasan
a)      db (Ak)      = k – 1
b)      db (Ab)      = b – 1
c)      db (I)         = (k – 1)(b – 1)
d)      db (A)        = k.b – 1
e)      db (D)        = n00 – k.b
f)       db (TR)      = n00 – 1
g)      db (R)        = 1
h)      db (T)        = n00
2)   Menentukan jumlah kuadrat (JK)
a)      JK (T)        =
b)      JK (R)        =
c)      JK(TR)       = JK(T) – JK(R)
d)      JK(A)         =  
e)      JK(Ak)       =
f)       JK (Ab)      =
g)      JK(I)          = JK(A) – JK(Ak) – JK(Ab)
h)      JK(D)         = JK(TR) – JK(A)
3)   Menentukan Varians (S2) atau RKJ :
a)      Rjk(Ak)     = δ2 (Ak) =
b)      Rjk(AB)     = δ2 (Ab) =
c)      Rjk(I)         = δ2 (I) =
d)      Rjk(A)       = δ2 (A) =
e)      Rjk(D)       = δ2 (D) =
4)   Menentukan Nilai Fhitung (Fh)
a)      Fh(Ak)        =
b)      Fh(Ab)        =
c)      Fh(I)           =
d)      Fh(A)          =
5)   Menentukan Nilai Ftabel (Ft) = F(α, db1, db2)
db1     = db pembilang = k – 1
db2       = db penyebut = n – 1
k         = jumlah kolom/baris/perlakuan/kelompok
n         = jumlah data sampel
6). Penguji Hipotesis dan penarikan kesimpulan
·         Untuk varians antar baris atau hipotesis 1 :
Kriteria pengujian hipotesis
-       Tolak H0 dan terima H1 : Jika Fh (AK) > Ft
-       Terima H0 dan tolak H1 : Jika Fh (AK) < Ft
·         Untuk varians antar kolom atau hipotesis 2 :
Kriteria pengujian Hipotesis :
-       Tolak H0 dan terima H1 : Jika Fh (AB) > Ft
-       Terima H0 dan tolak H1 : Jika Fh (AB) < Ft
·         Untuk varians interaksi dua variabel bebas atau hipotesis 3 :
Kriteria pengujian Hipotesis :
-       Tolak H0 dan terima H1 : Jika Fh (I)> Ft
-       Terima H0 dan tolak H1 : Jika Fh (I) < Ft
Dalam praktiknya, akan digunakan bantuan program SPSS 17.0 untuk pengujian hipotesis tersebt, yaitu melalui pengujian Anova Dua Arah. Pada pngujian Anova Dua Arah dengan SPSS tersebut,  output yang diperhatikan adalah nilai kolom Sig pada tabel Tests of Between-Subjects Effects seperti tampak pada Tabel 3.11.
Tabel 3.9. Hasil Pengujian Anova Dua Arah
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable : Hasil_Belajar_Matematika
Source
Type III Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Corrected Model
………..
……
………..
………
………..
Intercept
………..
……
………..
………
………..
Penggunaan_Model Pembelajaran Inkuiri
………..
……
………..
………
………..
Ketahanmalangan_Siswa
………..
……
………..
………
………..
Penggunaan_Model_ Pembelajaran Inkuiri * Media ICT
………..
……
………..
………
………..
Error
………..
……
………..


Total
………..
……



Corrected Total
………..
……



a. R Squared =  (Adjusted R Squared =)

Kriteria pengujiannya adalah :
1.      Untuk hipotesis 1 : jika nilai Sig pada baris Penggunaan_Model_ Pembelajaran kurang dari  0,05 maka H0 di tolak atau H1 diterima dalam arti bahwa terdapat perbedaan rata-rata antara hasil  belajar IPA siswa yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran drill sebelum diajarkan guru dengan rata-rata hasil  belajar IPA siswa yang diajar dengan yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional.
2.      Untuk hipotesis 2 : jika nilai Sig pada baris penggunaan Media ICT  kurang dari  0,05 maka H0 di tolak atau H1 diterima dalam arti bahwa terdapat perbedaan rata-rata antara rata-rata hasil  belajar IPA siswa yang mempunyai  sikap positif pada matematika dengan rata-rata hasil  belajar IPA siswa yang mempunyai  sikap negatif pada IPA.
3.      Untuk hipotesis 3 : jika nilai Sig pada baris Penggunaan_Model_ Pembelajaran inkuiri * Media ICT kurang dari  0,05 maka H0 di tolak atau H1 diterima dalam arti bahwa terdapat pengaruh interaksi pemberian tugas merangkum materi pelajaran sebelum disampaikan guru dan sikap siswa pada IPA terhadap hasil  belajar IPA

3.      Teknik Uji Lanjut
Pengujian lanjut ini dilakukan untuk pengujian hipotesis 1 yaitu perbandingan antar kolom atau untuk membuktikan ada atau tidaknya pengaruh penggunaan media pembelajaran terhadap hasil belajar kimia, dan  untuk pengujian hipotesis 2 yaitu perbandingan antar baris atau untuk membuktikan ada atau tidaknya pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar kimia.
Teknik pengujian lanjut dilakukan dengan menggunakan teknik uji beda rata-rata. Hipotesis statistikanya sama, sedangkan rumus pengujiannya adalah dengan menggunakan rumus Fisher (Sudjana , 1996: 242) sebagai berikut :
  dimana 
dan:    X1  =  rata-rata variabel pertama
            X2   =  rata-rata variabel kedua
            n1   =  jumlah sampel I
            n1 + n2 – 2 = derajat kebebasan
n2  =  jumlah sampel I
s1  =  varian sampel II
s2  =  varian sampel II
Nilai t yang diperoelh dari rumus di atas disebut thitung . Kesimpulan atas pengujian hipotesis digunakan kriteria pengujian dengan derajat kebebasan n1 + n2 – 2 dan taraf signifikan sebesar 5 % sebagai berikut :
Tolak H0 apabila t hitung > t tabel



















                 
                       











Di Posting Oleh Unknown, Pada 18.29 dan 0 komentar