BLOG NAME || Artikel: propsal tesis
Share Gan:
Proses penelitian diperkirakan waktunya
sekitar empat bulan dari bulan Maret sampai bulan Juni tahun 2013, mulai dari
penentuan masalah, penyusunan proposal dan menyelesaikan laporan penelitian dan
penyelesaian tesis diperkirakan sesuai dengan jadwal penelitian yang telah
diprogramkan seperti yang terlihat di Tabel 3.2.
Di Posting Oleh , Pada 18.29 dan 0 komentar
Share Gan:
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah
Mengajar secara tradisional diartikan sebagai
suatu kegiatan untuk mendiseminasikan informasi kepada siswa di dalam kelas,
dan secara umum disamakan dengan memberitahu (telling). Jika diamati apa
yang terjadi dalam kelas tradisional akan ditemukan suatu situasi dimana guru
menyampaikan informasinya atau salah seorang siswa membacakan dengan keras buku
pelajaran dan siswa lainnya mengikuti dengan diam memperhatikan buku pelajaran
masing-masing. Mungkin konsep mengajar seperti inilah yang digunakan guru-guru
tradisional (Abdul Azis Wahab, 2009: 6).
Tujuan
mengajar adalah membantu siswa untuk menjawab tantangan lingkungannya dengan
cara yang efektif. Telah beberapa kali diulang tentang kata mengajar namun
kiranya perlu pula dikemukakan tentang batasan mengajar itu. Menurut Burton
(Abdul Azis Wahab, 2009: 6) mengemukakan batasan mengajar dengan mengatakan
bahwa “Teaching is the stimulation, guidance, direction and encouragement of
learning”. Batasan tersebut mengandung empat kata kunci yang memerlukan
penjelasan, stimulasi yang berarti menyebabkan lahirnya motivasi pada diri
siswa untuk mempelajari sesuatu yang baru, yaitu menciptakan sesuatu yang
penting untuk dipelajari, mengarahkan berarti bahwa mengajar bukanlah sesuatu
yang sembarangan (haphazard) tetapi mengajar adalah suatu kegiatan yang
bertujuan (goal directed activity) yang mengarah kepada perilaku yang
sudah ditetapkan. Sehingga, apapun subjeknya (IPA, IPS, Matematika, dan
sebagainya), mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar menolong para siswa
untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap yang menjurus kepada
perubahan tingkah laku dan pertumbuhan siswa.
Sistem pendidikan di Indonesia
selalu mengalami perubahan mempunyai tujuan untuk mewujudkan sistem pendidikan
menjadi lebih berkualitas Dalam era informatika saat ini arus informasi
mengenai materi pembelajaran tidak terpaku pada buku teks konvensional atau
hanya paper yang digunakan, sejalan dengan laju perkembangan dunia di era
globalisasi dunia pendidikan pun mengalami pergerseran dalam sistem
pembelajaran, dahulu pembelajaran hanya melibatkan dua arah atau TCL (Teacher
Center Learning) dimana guru menjadi objek segala informasi dengan menggunakan
paper/buku dan siswa sebagai Receive dari informasi yang guru transfer.
Penerapan TIK/ICT memiliki keunggulan tersedianya informasi secara luas, cepat,
dan tepat, adanya kemudahan dalam proses pembelajaran dan dukungan teknologi
untuk memudahkan proses belajar mengajar. Penerapan TIK / ICT juga memiliki
keunggulan khas yaitu tidak terbatasi oleh tempat dan waktu.dimana proses
belajar mengajar akan semakin efektif.
Pemanfaatan odel ICT dalam pembelajaran terdapat kekurangan dalam beberapa aspek
seperti pisau bermata dua satu sisi proses pendekatan ICT akan menjadi positif
namun disisi lain akan menimbulkan kenegatifan dalam proses pembelajaran salah
satunya siswa cenderung konsumtif dengan bahan pelajaran yang tersedia baik itu
di webset maupun di artikel-artikel online, siswa kurang terangsang dalam pengembangan
kreatifitas siswa dan tidak meratanya kemampuan siswa untuk menjalankan system
komputerisasi pembelajaran yang berbasis ICT karena minimnya SDM, fasilitas
untuk akses internet atau pengetahuan tentang ICT yang kurang, untuk itu
peranan seorang guru dalam peningkatan kualitas mutu peserta didiknya mempunyai kepekaan jiwa yang respect terhadap
perkembangan laju informasi dan mengerti apa yang sebenarnya dibutuhan oleh siswa
dimana guru mempunyai metode yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya
baik itu kekurangan dan kelebihannya, untuk menerepkan media berbasis ICT agar tidak bergeser makna dan tujuan
pendidikan menggunakan metode yang sesuai.
Model inkuiri yang cocok dan dengan Media pembelajaran ICT, metode inkuiri merupakan
suatu belajar yang siswa, siswa
dihadapakan pada masalah atau mencari jawaban terhadap pertanyaan – pertanyaan
didalam prosedur-prosedur atau struktur kelompok yang digariskan secara jelas( Amalia,2011:3.38)
Berdasarkan kurikulum 2004 KBK, IPA seharusnya di belajarkan secara inkuiri
ilmiah (scientific) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap
ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup,
terdapat tiga kategori pada metode inkuiri yaitu rasional, discovery, dan ekperimental.
Pada metode inkuiri rasonal, guru mengarahkan siswa untuk membuat suatu
genereliasi dengan menggunakan rasional, kemudian pada metode inkuiri katagory
discovery, gauru harus melibatkan siswa dalam penemuan individu tentang
hubungan anatara fenomena yang diobservasi, dan pada metode inkuiri katagori
yang eksperimental dapat dijelaskan sebagai suatu prosedur membuat pernyataan
tersebut, tujuannya antara lain untuk membangkitkan rasa ingin tahu, melibatkan
siswwa dalam kegiatan yang memerlukan ketrampilan kognitif ( pemahaman) tingkat
tinggi, memberikan pengalaman yang kongkrit bagi siswa dan membantu siswa dalam
membangkitkan ketrampilan proses.
Pembelajaran IPA yang bertujuan (1) mengembangkan
kemahiran atau kecekapan ilmu pengetahuan alam yang diharapkan dicapai seperti
menunjukan pemahaman konsep ilmu pengetahuan alam yang dipelajari,menjelaskan
keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes,
akurat,efesien dan tepat dalam pemecahan masalah,(2) menggunakan penalaran pada
pola, sifat, atau melakukan manipulasi ilmu pengetahuan alam dalam membuat
generelisasi,menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan ilmiah.(3)
menunjukan kemampuan strategic dalam membuat,menafsirkan dan menyelesiakan
model ilmu pengetahuan alam dalam pemecahan masalah.(4) memilki sikap
menghargai kegunaan ilmu pengetahuan alam dalam kehidupan. Pendidikan ipa
diharapkan mampu menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari dirinya
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
pengembangan lebih lanjut.
Namun fakta dilapangan pelajaran IPA
menjadi momok bagi para siswa yang
menganggap IPA suatu pembelajaran yang sulit di wilayah kodya tangerang minat
siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA rendah, banyaknya siswa yang mendaptkan
nilai UAS ataupun harian yang rendah, kurikulum menentukan KKM pada pelajaran
IPA yang hanya 65 di wilayah kodya tangerang itup un masih banyak yang harus
mengkitu remedial karena belum mencapai KKM yang telah ditentukan,
permasalahanya klasik karena guru jarang mempunyai kepekaan terhadap siswa,
guru IPA hanya mengajar dengan metode yang konvensonal dan siswa menganggap
pembelajaran IPA yang membosankan,oleh karena itu semestinya guru senantiasa mengolah
ketrampilan proses mengajar dimana letak permasalahan sampai siswa tidak
antisius dalam mengikuti pembelajaran IPA,untuk meningkatkan hasil belajar
diperlukan perubahan pola piker yang digunkan sebagai sebuah landasan
pelaksanaan kurikulum pembelajaran IPA, karena guru mempunyai posisi yang bias
menentukan keberhasilan pembelajaran karena merancang, mengelola dan
mengevaluasi pembelajaran, pada umumn ya media dalam mengajar sangat
mempengaruhi didalam proses pembelajaran guru mapu memprediksi kemampuan siswa
menguasai materi atau belum, dengan pola pikir yang seperti itu guru bias
menentukan tindakan untuk permasalahan yang terjadi saat proses pembelajaran.
Permasalah tersebut terjadi dalam
pelaksaan pembelajaran yang masih ditemui di hampir semua jenjang pendidikan
mengenai rendahnya kaulitas hasil belajar IPA, bertolak dari permasalahan
diatas, yang mengkaji untuk meningktkan hasil siswa dalam mengikuti pembelajaran
IPA di wilayah kodya tangerang agar siswa mempunyai kualiatas hasil belajar
yang baik maka peneliti mencoba untuk mengkaji tentang penerapan pendekatan ICT
dan Model inkuiri terhadap hasil belajar.
B.
Identifikasi Masalah
1. Mengapa hasil belajar IPA
sangat rendah di wilayah kodya tangerang tidak sesuai dengan target kurikulum?
2. Mengapa motivasi siswa di
wilayah kodya tangerang sangat rendah dalam mengikuti pembelajaran IPA ?
3. Faktor apa saja yang membuat rendahnya hasil belajar IPA di
wilayah kodya tangerang?
4. Faktor apa saja yang membuat rendahnya motivasi belajar IPA di
wilayah kodya tangerang?
5. Mengapa umumnya guru terbiasa menggunakan Model yang
konvensional yang membuat siswa rendah dalam motivasi untuk belajar IPA?
6. Upaya apa yang dilakukan guru dalam merubah model pembelajaran agar
ada peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa ?
7. Apakah pengunaan Model mengajar yang tepat mempunyai pengaruh
terhadap hasil belajar siswa?
8. Apakah Media pembelajaran ICT (information communication
technologi) dapat meningkatan hasil belajar IPA?
9. Bagaimana implementasi Media pembelajaran ICT (information
communication technologi) di wilayah kodya tangerang?
10. Apakah penggunaan Model Inkuiri
dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
11. Bagaimana penerapan Model
inkuiri dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa ?
12. Apakah ada pengaruh dengan Media pembelajaran ICT (information
communication technologi) dan Model inkuiri
terhadap hasil belajar IPA?
13. Bagaimana hasil belajar IPA dengan pembelajaran ICT (information
communication technologi) dan metode
Inkuiri terhadap hasil belajar IPA?
14. Apakah ada pengaruh pendekatan media ICT (information
communication technologi) dan model
inkuiri dengan metode konvensional
terhadap hasil belajar IPA?
C. Pembatasan masalah
Agar penelitian ini menjadi lebih terarah, maka penelitian
membatasi penelitian ini dengan tetang adanya pengaruh antara siswa yang
diajarkan dengan media pembelajaran berbasis ICT (information communication
technologi) karena pembelajaran lebih menarik dan siswa termotivasi dalam
pembelajaran dengan model inkuiri karena siswa termotivasi untuk mencari jawaban pertanyaan ilmiah di
materi pembelajaran dengan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran yang
konvensional terhadap hasil belajar siswa.
D. Permusan masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka
penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah
terdapat pengaruh penggunaan model
pembelajaran Inkuiri terhadap hasil
belajar IPA?
2. Apakah
terdapat pengaruh media ICT (information communication technologi) terhadap hasil belajar ipa?
3. Apakah terdapat
pengaruh interaksi penggunaan
model pembelajaran inkuiri dan media ICT (information communication technologi) terhadap hasil belajar ipa?
E. Tujuan penelitian
Tujuan
yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Perbedaan hasil belajar ipa siswa yang diajar dengan
menggunakan model inkuiri terbimbing dengan model inkuiri bebas terbimbing.
2. Perbedaan hasil belajar ipa siswa yang menggunakan
media ICT (information communication technologi) dengan powerpoint dengan macromedia flash.
3. Pengaruh interaksi penggunaan model pembelajaran inkuiri dan media
ICT (information communication technologi) terhadap hasil
belajar ipa
4.
F. Kegunaan penelitian
Penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, maka hasil
penelitian ini diharapkan memliki suatu kegunaan sebagai berikut :
1.
Kegunaan Teoritis
a. Salah satu alternatif dalam proses
pembelajaran untuk meningkatkan hasil
belajar dalam proses pembelajaran IPA.
b. Sebagai refrensi bagi peneliti-peneliti
lain yang akan menelitipendekatan pembelajarn berbasis ICT (information
communication technologi) dan metode
Inkuiri.
2. Kegunaan praktis
a. Bagi Peneliti
dapat
digunakan oleh guru sebagai masukan untuk meningkatkan kreativitas guru dalam
memilih metode pembelajaran yang disesuaikan antara materi pelajaran dan metode
yang yang digunakan dan bagi peneliti yang akan terjun ke lapangan agar dapat
digunakan sebagai masukan yang berarti bagi pelaksanaan proses belajar mengajar
di dalam kelas.
b. Bagi Siswa
Sebagai
pengalaman yang bersetruktur dalam mengikuti metode pembelajaran yang variatif,
diharapkan siswa bisa lebih baik lagi dan termotivasi dalam belajar matematika
sehingga kemampuan pemecahan masalah pada siswa dapat meningkat dengan baik.
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR,
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Landasan
Teori
- Deskripsi Hasil Belajar IPA
a. Pengertian hasil belajar.
Menurut
Morgan, (2009 : 3) menyatakan bahwa:
”belajar adalah
perubahan prilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman”. jadi
belajar merupakan proses dalam menginput dari suatu pengalaman.
Menuru
Suryabrata (2004:235) menyatakan bahawa:
“1) Bahwa belajar itu membawa perubahan (
dalam arti behavioral changes, actual maupun potensial; 2) Bahwa perubahan itu
pada pokoknya adalah didapatkanya kecakapan baru; 3) Bahwa perubahan terjadi
karena usaha( dengan sengaja)”.
Jadi
belajar merupakan refleksi dari suatu pengalaman untuk arah yang lebih baik.
Menurut
Gagne (2012:2) menyatakan bahwa:
“belajar
adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui
aktivitas,perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses
pertumbuhan seseorang secara alamiah.
Jadi proses pertumbuhan seseorang akan
membentuk kematangan dalam sebuah tindakan.
Sedangkan menurut Reber yang dikutip
oleh Sobur (2009:235) menyatakan bahwa:
“proses belajar itu sendiri adalah cara-cara
atau langkah-langkah yang memungkinkan timbulnya beberapa perubahan serta
tercapainya hasil tertentu”. Dalam hal ini proses belajar merupakan
tahapan-tahapan yang dilalui siswa yang akan mempengaruhi perubahan cara
berpikir dan tingkah laku siswa tersebut.
Jadi belajar merupakan proses melalui
tahapan-tahapan tertentu untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya.
Menurut Yamin (2005:87) menyatakan
bahwa:
“Seseorang belajar tidak ditentukan
oleh kekuatan yang datang dari dalam dirinya, atau oleh stimulus-stimulus yang
datang dari lingkungan, akan tetapi merupakan interaksi timbal balik dari
determinan-determinan individu dan determinan-determinan lingkungan”.
Jadi belajar pada dasarnya interaksi
timbal balik dari determinan-determinan individu dan determinan-determinan
lingkungan tidak hanya ditentukan oleh stimulus atau kekuatan yang dating dari
dirinya.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh manusia dalam interaksi
aktif dengan lingkungan untuk menghasilkan suatu perubahan yang relatif menetap
dan membekas dalam diri seseorang. Demikian halnya dengan belajar IPA, di dalam
diri siswa akan terjadi perubahan jika didukung oleh lingkungan yang kondusif,
yaitu lingkungan yang memungkinkan siswa dapat saling berinteraksi dengan baik.
b.
Pengertian Hasil Belajar
Belajar
adalah proses perubahan tingkah laku, maka perubahan tingkah laku yang
diharapkan dari proses belajar disebut hasil belajar. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sumiati (2009:38) menyatakan bahwa:
“belajar dapat diartikan sebagai
proses perubahan perilaku. Jadi perubahan perilaku adalah hasil belajar.”
Menurut
Dimyati dan Mudjiono (1999:250-251) dalam situs (http://indramunawar.blogspot.com 28 April 2013. pukul 16.15) mengungkapkan bahwa:
“hasil belajar merupakan hal yang
dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru”.
Dari
sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik
bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sedangkan dari sisi guru hasil
belajar sebagai alat ukur, apakah siswa telah mengusai materi yang telah
dipelajarinya.
Menurut
Ahmadi (2001:120) menyatakan bahwa: “kematangan-kematangan adalah proses dimana
tingkah laku dimodifikasi sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan
struktur serta fungsi-fungsi jasmani”. jadi kematangan merupakan perubahan
secara fisik yang dipengaruhi oleh semakin bertambahnya usia individu tersebut.
Sedangkan
menurut Reber yang dikutip oleh Sobur (2009:235) menyatakan bahwa: “proses
belajar itu sendiri adalah cara-cara atau langkah-langkah yang memungkinkan
timbulnya beberapa perubahan serta tercapainya hasil tertentu”. Jadi proses
belajar merupakan tahapan-tahapan yang dilalui siswa yang akan mempengaruhi
perubahan cara berpikir dan tingkah laku siswa tersebut.
Dengan demikian apabila proses tersebut berjalan dengan
baik, kelak akan memberikan hasil, yang kita sebut hasil belajar. Sobur
(2009:235) menyatakan bahwa: “ hasil belajar itu tidak akan bisa dicapai jika
dalam diri kita sendiri tidak terjadi proses belajar”. Oleh karena itu untuk
mengukur seberapa besar hasil belajar dapat dilihat dari seberapa besar
penguasaan konsep yang ia miliki dan kemampuan dalam menyelesaikan soal-soal
yang diberikan.
Dalam
pembelajaran yang terjadi di sekolah, guru adalah pihak yang paling bertanggung
jawab atas hasilnya. Menurut Purwanto (1995:89) bahwa, “hasil dari pekerjaan
mendidik tidak hanya ditentukan oleh kehendak si pendidik sendiri, tetapi juga
ditentukan oleh banyak faktor lain”. Selain guru dibekali ilmu sebagai
pendukung tugasnya, untuk mengevaluasi hasil belajar siswa, dalam hal ini guru
juga bertugas mengukur apakah siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajarinya
atas bimbingan guru sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Keefektifan
pengalaman belajar dalam mencapai hasil belajar yang optimal dapat diketahui
dengan penilaian. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai
terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.
Sedangkan penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan
pengajaran.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada siswa setelah
mendapatkan pengetahuan dan informasi baru dari hasil proses belajar melalui
pengalaman dan latihan.
c. Kemampuan berpikir kreatif siswa
LTSIN
(2001):”secara khusus mendefinisikan berfikir kreatif adalah “creative thinking is the
process which we use when we come up with a new idea. It is the merging of
ideas which have not been merged before”. LTSIN menyatakan bahwa berfikir kreatif
adalah proses (bukan hasil) untuk menghasilkan ide baru dan ide itu merupakan
gabungan dari ide-ide yang sebelumnya belum disatukan.
Kepekaan berfikir kreatif dapat diukur
dengan indikator-indikator yang telah ditentukan para ahli, salah satunya
menurut Torrance. Menurut Torrance kemampuan berfikir kreatif terbagi menjadi
tiga hal, yaitu :
1. Fluency (kelamcaran), yaitu
menghasilkan banyak ide dalam berbagai kategori/ bidang.
2. Originality (Keaslian), yaitu memiliki ide-ide
baru untuk memecahkan persoalan.
3. elaboration (Penguraian), yaitu kemampuan
memecahkan masalah secara detail.
Menurut (Infinite Innovation Ltd, 2001).
Menyatakan bahwa;
“Berpikir kreatif dapat juga dipandang sebagai
suatu proses yang digunakan ketika seorang individu mendatangkan atau
memunculkan suatu ide baru. Ide baru tersebut merupakan gabungan ide-ide
sebelumnya yang belum pernah diwujudkan”.
Sedangkan menurut jhonson (2002)
menyatakan bahwa:
“Berpikir
kritis adalah suatu kemampuan untuk bernalar (to reason) dalam suatu cara yang
terorganisasi. Berpikir kreatif merupakan suatu aktifitas mental yang
memperhatikan keaslian dan wawasan (ide). Berpikir kreatif sebagai lawan dari
berpikir destruktif, melibatkan pencarian kesempatan untuk mengubah sesuatu
menjadi lebih baik. Berpikir kreatif tidak secara tegas mengorganisasikan
proses, seperti berpikir kritis. Berpikir kreatif merupakan suatu kebiasaan
dari pemikiran yang tajam dengan intuisi, menggerakkan imaginasi, mengungkapkan
kemungkinan-kemungkinan baru, membuka selubung ide-ide yang menakjubkan dan
inspirasi ide-ide yang tidak diharapkan. Pengertian ini membedakan dengan tegas
berpikir kreatif dan berpikir kritis”.
Berpikir kreatif merupakan suatu sintesis
antara berpikir lateral dan vertikal yang saling melengkapi. Pengertian ini
menyebutkan bahwa dalam berpikir kreatif melibatkan berpikir logis ataupun
analitis sekaligus intuitif, seperti pada pandangan kedua dalam pengertian
berpikir kreatif.
Menurut (Munandar, 2004:25). Menyatakan bahwa;
“Kreativitas
pada intinya merupakan kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru,
sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan
dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan
baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya”.
Jadi dari pendapat para ahli di atas dapat
generelasasikan bahwa maka berpikir kreatif dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan mental yang digunakan seorang untuk membangun ide atau gagasan yang
baru. berpikir kreatif merupakan output dari proses
pengalaman yang didapat dan mengembangkan konsep- konsep yang telah ada untuk
mennciptakan hal – hal yang baru.
d. Pengertian IPA
IPA atau
Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah
dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya
pengetahuan yang benar, yaitu bersifat rasional dan obyektif. Pengetahuan alam
adalah pengetahuan yang berisi tentang alam semesta dan segala isinya. Jadi, menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R. E.
Kaligis (1992: 3) ” IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang
alam semesta dan segala isinya”.
Menurut Menurut
Patta Bundu (2006 : 9):
“IPA biasanya disebut dengan kata “Sains” yang
berasal dari kata Natural science”.Natural
artinya alamiah dan berhubungan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Penggunaan kata
“Sains”Sebagai IPA berbeda dengan pengertian
sosial science, educational science, political science, dan penggunaan kata science
yang lainnya.
Menurut Nash dalam Hendro Darmodjo dan Jenny R. E. Kaligis (1992: 3) menyatakan
bahwa:
“IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati
alam. Cara atau metode tersebut harus bersifat analitis, lengkap, cermat, serta
menghubungkan antara fenomena dengan fenomena yang lain. Metode tersebut dapat
membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya itu. Metode
tersebut adalah metode berpikir ilmiah”.
Menurut
Abruscato, Joseph dan Derosa, Donald A (2010:6) menyatakan bahwa IPA adalah:
“Science
is the name we give to group of process
through which we can systematically gather information about the natural world.
Science is also the knowledge gathered through the use of such process.
Finally, science is characterized by those values and attitudes processed by
people who use scientific process to gather knowledge.”
Menurut Patta
Bundu (2006: 11) menyatakan bahwa ;
“Sains secara garis besar atau pada hakikatnya IPA
memiliki tiga komponen, yaitu proses ilmiah, produk ilmiah, dan sikap
ilmiah. Proses ilmiah adalah suatu
kegiatan ilmiah yang dilaksanakan dalam rangka menemukan produk ilmiah. Proses
ilmiah meliputi mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, merancang, dan
melaksanakan eksperimen. Produk ilmiah
meliputi prinsip, konsep, hukum, dan teori. Produk ilmiah berupa pengetahuan-pengetahuan alam yang telah
ditemukan dan diuji secara ilmiah. Sikap
ilmiah merupakan keyakinan akan nilai yang harus dipertahankan ketika mencari
atau mengembangkan pengetahuan baru. Sikap ilmiah meliputi ingin tahu, hati-hati,
obyektif, dan jujur”.
Dari penjelasan
di atas dapat disimpulkan bahwa IPA menurut hakikatnya adalah suatu cara untuk
memperoleh pengetahuan baru yang berupa produk ilmiah dan sikap ilmiah melalui
suatu kegiatan yang disebut proses ilmiah. Siapapun yang akan mempelajari IPA
haruslah melakukan suatu kegiatan yang disebut sebagai proses ilmiah. Seseorang
dapat menemukan pengetahuan baru dan menanamkan sikap yang ada dalam dirinya
melalui proses ilmiah tersebut.
2. Deskripsi Model
Pembelajaran Inkuiri
a.
Pengertian
model pembelajaran
Model pembelajaran
adalah Suatu bentuk tiruan (Replika)
dari suatu benda yang sesungguhnya, dengan kata lain model pembelajaran
merupakan Suatu contoh konseptual atau
prosedural dari suatu program,sistem, atau proses yang dapat dijadikan acuan
atau pedoman dalam mencapai tujuan.
Menurut Richey (1994) model pembelajaran bersifat
prosudural, yakni mendeskripsikan bagaimana melakukan tugas – tugas, atau
bersifat konsisten dalam melakukan pembelajaran.
Menurut Joyce dan Weil (2000:13) mengemukakan bahwa;
“model pembelajaran merupakan
deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum,
kursus-kursus, rancangan unit pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku
pelajaran, program multi media, dan bantuan belajar melalui program computer”.
Jadi model pembelajaran merupakan elemen dasar perenacanaan
komferhensif dar tujuan pembelajaran
yang akan di capai.
Sedangkan menurut (Syaiful
Sagala, 2005) mengemukakan bahwa;
“kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan
berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar”.
Jadi model pembelajaran merupakan rancangan konsep yang digunakan oleh guru yang bersifat sistematis dalam
upaya memberikan pembelajaran yang maximum pada peserta didik.
Menurut Eli Rohaeti (2010 ) menyatakan bahwa :
“Model pembelajaran
adalah suatu pola yang akan menerangkan proses menyebutkan dan menhasilkan
lingkungan belajar tertentu sehingga peserta didik dapat berinteraksi yang
selanjutnya berakibat terjadinya perubahan tingkah laku peserta didik khusus,
model pembelajaran dapat berorientasi pada interaksi social,pemrosesan
informasi, pengembangan kepribadian dan modifikasi tingkah laku”.
Jadi model pembelajaran konseptual atau prosedural dari suatu
program,sistem, atau proses yang dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam
mencapai tujuan yang berorirntasi pada perubahan tingkah laku peserta didik
baik dari aspek kognitif psikomotorik ataupun afektif yang lebih baik dari
sebelumnya.
b. Pengertian
Model Pembelajaran Inkuiri
Menurut schmidit (2003 ) mengemukan
bahwa;
“inkuiri
berasal dari bahasa inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses
bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan.
Pernyataan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan kepada kegiatan
penyelidikan terhadap object pertanyaan”.
Sedangkan
menurut hardian (2010:1) mengemukakan bahwa;
“model
pembelajaran inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut
serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan – pertanyaan, mencari
informasi, dan melakukan penyelidikan dengan kata lain”.
Jadi inkuiri adalah proses untuk
memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan eksperimen
untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan- pertanyaan
atau rumusan – rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir logis.
Menurut W.Gellu ( dalam
Trianto,2007:109) menyatakan bahwa
“Inkuiri merupakan suatu rangkaian belajar yang melibatkan
secara maximal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis,kritis,logis,dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri”.
Sedangkan menurut Qemar Hamalik ( dalam suryati dkk,2008:22) menyatakan
bahwa:
“Inkuri adalah suatu strategi yang
berpusat pada siswa ( student centre) dimana kelompok – kelompok siswa kedalam
suatu persoalan atau mencari suatu jawaban terhadap pertanyaan – pertanyaan di
dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas”.
Wina Sanjaya
(2008 :196) mendefinisikan bahwa :
Metode inkuiri adalah
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara
kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan
melalui tanya jawab anatara guru dan siswa.Amri dan amadi (2010-103)
menyimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk
memecahlan masalah yang diberikan guru.
Dari beberapa
pengertian tentang model pembelajaran inkuiri di atas dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran inkuiri adalah suatu proses mencari tahu jawaban terjadap
pertanyaan yang diajukan yang mengarah pada kegiatan penyelidikan dan menemukna
sendiri jawaban dari masalah yang diajukan
1) Tahapan
pembelajaran inkuiri
Fase
|
Perilaku Guru
|
|
Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan
di papan. Guru membagi siswa dalam kelompok.
|
|
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam
membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang
relevan dengan permasalahan dan memproiritaskan hipotesis mana
yang menjadi prioritas penyelidikan.
|
|
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah
yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan . Guru membimbing siswa
mengurutkan langkah-langkah percobaan
|
|
Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan
|
|
Guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil
pengolahan data yang terkumpul.
|
|
Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.
|
2) Keunggulan
dan kelemahan model pembelajaran inkuiri.
a) keunggulan
1. Strategi Pembelajaran
Inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran
melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
2. Strategi Pembelajaran Inkuiri dapat memberikan ruang kepada
siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
3. Strategi Pembelajaran Inkuiri merupakan strategi yang dianggap
sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang mengaggap belajar
adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman
4. Strategi pembelajaran ini
dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh
siswa yang lemah dalam belajar.
b) Kelemahan model Pembelajaran Inkuiri
1.
Jika Strategi Pembelajaran Inkuiri
digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan
dan keberhasilan siswa.
2.
Strategi ini sulit dalam
merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam
belajar.
3.
Kadang-kadang dalam
mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru
sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. d. Selama kriteria
keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran, maka Strategi Pembelajaran Inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh
setiap guru.
3) Prosedur Model Pembelajaran Inkuiri
Secara umum
proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dapat
mengkuti langkah-langkah sebagai berikut (Wina Sanjaya, 2007 : 201 – 205) :
1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk
membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru
mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran, guru merangsang
dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi
merupakan langkah yang penting, keberhasilan model ini sangat tergantung pada
kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan
masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi adalah :
o Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang
diharapkan dapat dicapai oleh siswa
o Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.
o Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.
2. Merumuskan
masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah
membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang
disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan
teka-teki itu. Teka-teki yang menjadi masalah dalam berinkuiri adalah teka-teki
yang mengandung konsep yang jelas yang harus dicari dan ditemukan. Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantaranya;
o Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Guru
hanya memberikan topik yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana rumusan
masalah yang sesuai dengan topik yang telah ditentukan sebaiknya diserahkan
kepada siswa.
o Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung
teka-teki yang jawabannya pasti. Artinya, guru perlu mendorong agar siswa dapat
merumuskan masalah yang menurut guru jawaban sebenarnya sudah ada, tinggal
siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti.
o
Konsep-konsep
dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh
siswa. Artinya, sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melalui proses inkuiri,
guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang
konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah.
3. Merumuskan
hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari
suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara hipotesis
perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara guru untuk mengembangkan kemampuan
menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai
pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara
atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu
permasalahan yang dikaji.
4. Mengumpulkan
data
Mengumpulkan data adalah aktivitas
menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Dalam model pembelajaran ini mengumpulkan data merupakan proses mental yang
sangat penting dalam pengembangan intelektual. Tugas dan peran guru dalam
tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa
untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
5. Menguji
hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses
menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi
yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji
hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yag diberikan.
Menguji hipotesis berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya,
kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan
tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6. Merumuskan
kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses
mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran.
Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada
siswa data mana yang relevan.
c. Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing atau latihan
inkuiri berasal dari suatu keyakinan bahwa siswa memiliki kebebasan dalam
belajar. Model pembelajaran ini menuntut partipasi aktif siswa dalam inkuiri
(penyelidikan) ilmiah. Siswa memiliki keingintahuan dan ingin berkembang.
Inkuiri terbimbing menekankan pada sifat-sifat siswa ini, yaitu memberikan
kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi dan memberikan arah yang spesifik
sehingga area-area baru dapat tereksplorasi dengan lebih baik.
Tujuan umum dari model inkuiri terbimbing adalah
membantu siswa mengembangkan keterampilan intelektual dan
keterampilan-keterampilan lainnya, seperti mengajukan pertanyaan dan menemukan
(mencari) jawaban yang berawal dari keingintahuan mereka (Agung, 2009)
Model pembelajaran latihan inkuiri dikemukan oleh
Richard Suchman (Jannah, 2008), ia menginginkan siswa untuk bertanya mengapa
suatu peristiwa terjadi, kemudian siswa melakukan kegiatan, mencari jawaban,
memproses data secara logis, sampai akhirnya siswa mengembangkan strategi
pengembangan intelektual yang dapat digunakan untuk menemukan mengapa suatu
fenomena bisa terjadi.
Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model
pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau
petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru,
siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri
terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam
melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berifikir lambat atau siswa
yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang
sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai tinggi tidak memonopoli kegiatan oleh
sebab itu guru harus memiliki kemampuan mengelola kelas yang bagus.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Kuhithau dan Carol
(2006), yang menjelaskan bahwa inkuiri terbimbing memiliki 6 karakateristik
yaitu :
1.
Siswa belajar dengan
aktif dan memikirkan sesuatu berdasarkan pengalaman
2.
Siswa belajar dengan
aktif membangun apa yang telah diketahuinya
3.
Siswa mengembangkan
daya piker yang lebih tinggi melalui petunjuk atau bimbingan pada proses
belajar
4.
Perkembangan siswa
terjadi pada serangkaian tahap
5.
Siswa memliki cara
belajar yang berbeda satu sama lainnya
6.
Siswa belajar
melalui interaksi sosial dengan lainnya
Inkuiri terbimbing biasanya digunakan terutama bagi
siswa-siswa yang belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri.. Pada
tahap-tahap awal pengajaran diberikan bimbingan lebih banyak yaitu berupa
pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan
tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang
disodorkan oleh guru. Pertanyaan-pertanyaan pengarah selain dikemukakan
langsung oleh guru juga diberikan melalui pertanyaan yang dibuat dalam
LKS.
Oleh sebab itu LKS dibuat khusus untuk membimbing siswa
dalam melakukan percobaan dan menarik kesimpulan. Seperti halnya siswa SMP lebih cocok apabila diberikan pembelajaran
dengan model inkuiri terbimbing karena mereka masih dalam tarap baru mengenal
pembelajaran dengan model inkuiri ini.
Dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing, penyajian
pelajaran diawali dengan penjelasan suatu peristiwa yang penuh teka-teki. Siswa
secara individu akan termotivasi menyelesaikan teka-teki yang dihadapkan pada
mereka dan membimbing mereka kepada suatu pencarian dan penyelidikan secara
disiplin.
d.
Model
Pembelajaran Inkuiri Bebas Terbimbing
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau
modifikasi dari dua pendekatan inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri
terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan
dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani acuan
kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam pendekatan ini siswa tidak dapat
memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa
yang belajar dengan pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk
dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang
diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.
Dalam pendekatan
inkuiri jenis ini guru membatasi memberi bimbingan, agar siswa berupaya
terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan
sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat
menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak
langsung dengan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang
dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.
Sedangkan menurut W.R Romey (1968) membedakan inkuiri menjadi
dua tingkat, yaitu :
(a)
Inkuiri dengan aktivitas terstruktur.
Dalam inkuiri dengan “Aktivitas terstruktur”
siswa memperoleh petunjuk-petunjuk lengkap yang mengarahkan pada prosedur yang
didesain untuk memperoleh sesuatu konsep atau prinsip tertentu.
(b) Inkuiri
dengan aktivitas tidak terstruktur.
Dalam inkuiri dengan “Aktivitas Tidak Terstruktur”, hanya terdapat
penyajian masalah, dan siswa secara bebas memilih dan menggunakan
prosedur-prosedur masing-masing, menyusun data yang diperolehnya, menganalisisnya
dan kemudian menarik kesimpulan.
3. Deskripsi Media Pembelajaran ICT (Information
Communication And Technologi).
a.
Pengertian
media pembelajaran.
Media
pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapay digunakan
untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, perhatian dan kemampuan atau
ketrampilan pebelajar sehingga dapat dapat mendorong terjadinya proses belajar.
Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber lingkungan,
manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran.
Menurut
Heinich et.al dalam Daryanto (2010:4) menyatakan bahwa: “kata media merupakan
bentuk jamak dari kata medium. Medium didefinisikan sebagai perantara atau
pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima”.
Rossi dan Breidle dalam Sanjaya (2010:163)
mengemukakan bahwa :”media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang
dapat dipakai untuk tujuan penidikan, seperti radio, televisi, buku, koran,
majalah, dan sebagainya”.
Sedangkan menurut Briggs ( 2000)
menyatakan bahwa; “ media pembelajaran adalah sarana fisik unruk menyampaikan
isi/ materi pembelajaran seperti buku,film,video dan lain sebagainya”.
Sedangkan
Oemar Hamalik ( 1996 ) mendefinisikan bahwa ;
“Media sebagai teknik yang digunakan
dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid dalam proses
pendidikan dan pengajaran di sekolah. Media pembelajaran merupakan perantara
atau alat untuk memudahkan proses belajar mengajar agar tercapai tujuan
pengajaran secara efektif dan efisien”.
Ada beberapa jenis media pembelajaran,
diantaranya:
1)
Media visual:
grafik,diagram,chart,poster,kartun, komik
2) Media audial : radio, tape, recorder.laborateruim bahasa,
dan sejenisnya.
3) Projected still media : Over head Projector (OHP) in
focus dan sejenisnya.
4) Prohected Motion Media : Film, Televisi,Video
(VCD,DVD,VTR) dan sejenisnya.
Tujuan
menggunakan media pembelajaran diantaranya:
1)
Memotivasi
minat atau tindakan: untuk memnuhi fungsi motivasi media pembelajaran dapat
direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan, hasil yang diharapkan adalah
melahirkan minat dan merangsang para siswa atau pendengar untuk tidak turut
memikul tanggung jawab,melayani secara sukarela,atau memberikan sumbangan
material) pencapian tujuan ini akan mempengaruhi sikap,nilai dan emosi.
2)
Menyajikan
informasi : untuk tujuan informasi,media pembelajaran dapat digunakan untuk
penyajian informasu dihadapan sekelompok siswa, isi dan bentuk penyajian
bersifat umum, berfungsi sebagai pengantar,ringkasan, laporan,atau pengetahuan
latar belakang, penyajian data pula berbentuk hiburan,drama,atau teknik
motivasi.ketika mendengar atau menonton bahan informasi para siswa bersifat
pasif. Partisipasi yang diharapkan dari siswa hanya terbatas pada persetujaun
atau ketidaksetujuan mereka secara mental,atau terbatas pada perasaan
tidak/kurang senang,netral atau senang.
3)
Memberi
instruksi ; media berfungsi sebagai intruksi dimana informasi yang terdapat
dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak ataupun mental dalam
bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Materi harus
dirancnag secara lebih sistematis dan psikologis dilihat dari segi prinsip-prinsip
belajar agar siap menyiapkan instruksi yang efektif. Disamping memberikan
pengalaman yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan perorangan siswa.
Menurut
Sadiman(2002:6).menyatakan bahwa ;
”Kata media berasal dari bahasa
latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti
perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa
sehingga proses belajar terjadi”
Dari pendapat di atas dapat simpulkan
bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan makna
baik itu verbal maupun non verbal yang akan merangsang pikiran, perasaan, dan
motivasi siswa sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar mengajar
yang baik.
Hakikatnya media belajar itu perlu dalam
proses pembelajaran, namun kenyataannya dilapangan banyak guru yang belum mampu
memanfaatkan media pembelajaran yang sudah ada, itu hanya perlu ada sikap
representative guru dan memilih media pembelajaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing. Media yang baik adalah media
pembelajaran yang telah tersedia dan bagaimana guru memberi makna pada media
belajar sesuai dengan karakterisitik siswa.
Adapun tujuan menggunakan media
pembelajaran yaitu mempermudah proses belajar mengajar,meningkatkan efesiensi
belajar mengajar,menjaga relevansi dengan tujuan belajar,membantu konsentrasi
siswa.
b. Penegertian media pembelajaran ICT (information
communication and technology).
Tekonologi informasi adalah suatu
teknologi yang digunakan untuk mengolah data,memproses,mendapatkan, menyususn,
menyimpan, dan memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan
informasi, yaitu informasi yang relevan, akurat dan dan tepat waktu.
Pada saat ini pembelajaran ICT di
lingkungan sekolah merupakan hal yang sangat penting karena semakin pesat
kebutuhan informasi dan komunikasi dalam
berbagai keperlulan siswa, ICT secara umum di artikan perangkat Komputerisasi
yang bisa mengakses webset banyak dimanfaatkan untuk meningkatkan hasil belajar
yang lebih baik.
Menurut ma’mur
asmani (2011:10) menyatakan bahwa ;
“ICT adalah
paying besar terminology yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk
memperoses dan menyampiakan informasi, salah satu komponen ICT yaitu computer
yang digunakan untuk menerima,menyimpan,memproses,menampilkan data atau
informasi. Yang dimaksud computer meliputi hardware,software dan teknologi
stroge ( penyimpanan)”.
Hal
yang sama juga dikemukakan Ariesto Hadi Sutopo (2102:1) menyatakan bahwa :
“ICT
adalah teknologi yang mencakupb seluruh peralatan teknis untuk memproses dan
menyimpan informasi. ICT / TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan
teknologi komunikasi”.
Menurut
munir (2008 : 16 ) menyatakan bahwa ;
“Teknologi
informasi menekankan pada pelaksana dan prosesan data
menangkap,mentranmisikan,menyimpan,mengambil,memanipulasi atau menampilkan data
dengan menggunkan perangkat-perangkat teknologi elektronik seperti computer,
sedangkan teknolgi komunikasi menekankan pada perangkat teknologi elekektronika
dan lebih menekankan pada aspek ketercapaian data proses komunikasi,sehingga
data dan informasi yang diolah dengan teknologi informasi harus memenuhi kriteria
komunikasi yang efektif ”.
Sedangkan
menurut Prof.Dr.Ir.Dodi Nandika,Ms menyatakan Bahwa:
“ICT adalah
medium proses pembelajaran, dimana guru dapat mengjar muird dapat belajar.
Medium untuk proses pembelajaran tersebut ada dalam bentuk seperti drill dan peralatan exercise, dalam simulasi
dan jaringan kerja pendidikan”.
Dan menurut
UNESCO (2002 :13) mentayakan bahwa :
“ Unit-init
khusus mencakup konsep-konsep ICT,pengunaan computer dan pengaturan
file,memprosesan kata,lembaran-lembaran,database-database, menciptakan
presentase – presntasi menemukan informasi dan berkomunikasi computer, issue –
issue social dan etika dan pekerjaan- pekerjaan yang mengunakan ICT”.
Dari
pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan ICT merupakan teknologi sebagai media
/ alat bantu yang mencakup seluruh peralatan tenis untuk memproses dan
menyampikan informasi yang salah satunya dengan menggunkan computer yang berupa
hardware dan software untuk menciptakan presantasi-presantasi agar memudahkan
dalam proses belajar mengajar dikelas.
c. Media ICT Menggunakan Aplikasi Power
Point (PPT)
1) Pandangan – pandangan para ahli mengenai
PowerPoint
Beberapa pandangan para
ahli mengenai aplikasi microscoft PowerPoint,misalnya,Macdoms (2009:1)
menyatakan bahwa:
Microsoft
powerpoint merupakan versi baru dari Microsoft Office dengan perbuhan tampilan
atau fitur yang lebih jauh berbeda dengan microssoft Powerpoint juga memiliki
beberapa fasilitas dan fungsi otomatisasi tambahan yang makin memudahkan para
penggunanya dalam memformat dan memodifikasi presentasi sehingga tampak lebih
professional.
Adapun Blanche W.O’Bannon dan Kathleen Puckett
(2007:224) menyatakan bahwa:
“Various software
packages have multimedia presentation (slideshow) capability,include AppleWork,
KidPix and microsoft powerpoint: these also accommate students vaying age
levels.all are capable of constructing linier presentations of information and
MS.PowerPoint can easily contructing nonlinear presentation eksternal link to
more information”.
Maksudnya adalah berbagai paket perangkat lunak (software)
memiliki kemapuan presentasi (slide) termasuk
AppleWork,KindPix,Delixe,dan Microsoft PowerPoint dapat dengan mudah membangun
presentai untuk document hypermedia dengan link internal dan eksternal untuk
informasi lebih lanjut.
Sanaky (2011:132) menyatakan bahwa:
“Microsoft
PowerPoint merupakan program untuk membuat presentasi yang dapat digunakan
untuk membuat program pembelajaran,sehingga program yang dihasilkan pun akan
cukup menarik dengan komposisi warna dan animasi yang digunakan”.
Hal ini dijelaskan lebih oleh Richard E Mayer (2009:2) mengatakan bahwa:
“Presntasi PowerPoint yaitu dimana
seseorang menyajikan slide dari computer yang diproyeksikan kelayar yang lebih
besar lalu membicarakan isi masing-masing slide”.
Kemudian Yudhi Munandi (2008:150) menyatakan Bahwa:
“Aplikasi PowerPoint yang digunakan oleh Microsoft Inc.Pemanfaatan
PowerPoint atau perangkat lunak lainnya
dalam presentasi menyebabkan kebagian presentasi menjadi lebih mudah, dinamis,
dan sangat menarik dengan berbagai perkembangan pada perangkat lunak dan
sejumlah perangkat perangkat keras penunjangnya besar pada trend metode
presentasi saat ini”.
Dari pernyataan para ahli di atas maka
dapat penulis simpulkan bahwa Powerpoint merupakan media pembelajaran berbasis
ICT (information Communication and Technology) diera digital saat ini
sangat membantu dalam proses pebelajaran untuk memotivasi siswa dalam memahami
materi pembelajaran,didalam program Microsoft PowerPoint mempermudahkan guru
mengintegrasikan teks,audio,grafik,video,animasi. Hal ini menyebabkan
PowerPoint menjadi media yang menarik.
2)
Kelebihan
– kelebihan Microsoft PowerPoint.
Menurut
Yudhi Munadi (2008:150) mengemukakan bahwa;
“
(1), mampu menampilkan objek-objek yang sebenarnya tidak ada secara fisik
dengan imagery.secara kognitif pembelajaran dengan menggunakan mental imegary
akan menuingkatkan retensi siswa dalam mengingat materi-materi pelajaran,(2)
memiliki kemampuan dalam menggabungkan semua unsur media sperti
teks,video,animasi,image ,grafik dan sound menjadi satu kesatuan penyajian yang
terintegrasi,(3)memiliki kemampuan dalam mengakomodasi peserta didik sesuai
dengan modalitas belajarnya,terutama bagi mereka yang memilki type
visual,audiotif,kinestetik,atau lainnya.(4) mampu mengembnagkan materi
pembelajaran terutama membaca dan mendengarkan dengan mudah.”.
Sedangkan
Menurut Mustaqon (2012:192) kelebihan pembelajaran bebasis ICT (Information
Tecnologi And Communication) antara lain adalah :
ü Computer bisa mengakomodasi keragaman
modalitas belajar siswa.
ü Penyajian materi lebih efektif dan
efesien
ü Tampilan lebih menarik karena bisa
diakomodasikan sesuai denngan kebutuhan
ü Meningkatkan minat siswa untuk belajar
karena bisa menampilkan materi secara visual, audio, dan kinestetik.
Dari
pernyataan di atas maka penulis simpulkan bahwa kelebihan- kelebihan powerpoint
yaitu :
ü Dapat menarik minat peserta didik materi
yang disampaikan dapat menggabungkan semua insur media yang dilihat sekaligus
bisa untuk didengar.
ü Dapat mengakomodasi pesertab didik
materi yang disampaikan guru dapat diserap banyak oleh peserta didik sesuai
modalitas belajarnya
3)
Prosedur
Pembuatan PowerPoint
Menurut
Tang Seng (2003:81-82) menyatakan bahwa :
Ada beberapa yang perlu perhatikan dalam
desain elemen multimedia:
(a)
Pemilihan
jenis huruf
Jenis huruf yang sebaiknya digunakan
adalah jenis Sans Serif seperti Times New Roman dan Arial. Untuk warna
huruf sebaiknya kontras dengan latar belakang, hal ini membuat lebih mudah
dilihat dan dibaca.dan ukuran huruf minimum 24 points dan sebaliknya tidak
lebih dari ukuran 12 points.
(b)
penggunaan
animasi dan video
Penggunaan animasi dan video dalam
pembelajaran berbasis computer dapat membantu siswa dalam belajar. Keuntungan
menggunakan animasi antara lain, dapat menggambarkan yang biasanya tidak
kelihatan contoh (pergerakan atom),penggunaan animasi-animasi sederhana untuk
menggambarkan simulasi lebih baik dari pada video, animasi memerlukan
ruang memori yang lebih kecil dari pada video clip. Keuntungan
menggunakan video adalah dapat menunjukan situasi yang nyata kepada siswa
sehingga siswa dapat melihat gambar yang terbaik.
(c)
Penggunaan warna
Pemilihan warna untuk tampilan visual
sangat penting sehingga tampilan yang dipilih dapat mengirimkan pesan kepada
siswa. Dua pertimbangan dalam pemilihan warna. Pertimbangan pertama adalah
warna yang dipilih dapat memberikan dampak yang selaras dibandingkan dengan
yang lain. Pertimbangan kedua adalah warna yang dipilih mempertimbangkan dampak
emosi dari warna.biru,hijau dan ungu adalah warna lembut,sedangkan orange dan
warna merah adalah warna hangat.
(d)
Penggunaan
audio
Audio adalah salah satu media yang dapat
digunakan untuk meningkatkan hasil belajar, audio dapat digunakan untuk menarik
perhatian siswa,bahan tampilan didalam screen, menimalkan pesan yang ingin
disampaikan di dalam screen,mengumumkan peristiwa dan memotivasi siswa
Jadi dari pernyataan di atas di simpulkan
bahwa dengan menggunakan PowerPoint yang sesuai dengan Prosedur yang baik akan
menimbulkan kesan yang penting buat pembelajaran agar siswa dapat memahami
materi pembelajaran dengan baik.
d. Media ICT menggunakan Software
Macromedia Flash 8
Dalam
proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting.
Dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan bahan-bahan yang disampaikan dapat
dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara kerumitan bahan yang akan
disampaikan. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi mempengaruhi banyak
sector kehidupan guru yang bergelut di bidang pendidikan dan pengajaran juga
tidak luput dari pengaruh tersebut. Guru dituntut untuk mengikuti perkembangan
teknologi, terutema sekali teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang
berkembang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Apabila guru tidak mampu
mengikuti kecepatan perubahan teknologi, maka dikhawatirkan guru akan gagal
menjalankan fungsinya sebagai pengajar dan pendidik.Seiring dengan kemajuan
teknologi, ada banyak sarana dan prasarana yang membuat proses belajar mengajar
(PBM) jauh lebih menyenangkan bagi peserta didik. Ini mengakibatkan PBM yang
mengandalkan kapur dan papan tulis nampaknya akan semakin ditinggalkan tergilas
oleh kemajuan teknologi. Guru dalam kegiatan pengajarannya dapat memanfaatkan
leptop (computer jinjing) dan LCD proyektor dalam member materi pelajaran
kepada para siswanya. Melalui kecanggihan teknologi ini PBM pastinya akan
menjadi jauh lebih menarik. Dan, semakin kreatif guru dalam memanfaatkan
teknologi, maka akan semakin baik pula daya serap siswa terhadap materi
pelajaran.
Menurut
Yudhiantoro (2006:1) menyatakan bahwa
“Macromedia Flash adalah sebuah
program yang ditujukan kepada para desaigner maupun programer yang bermaksud
merancang animasi untuk pembuatan halaman web, presentasi untuk tujuan bisnis
maupun proses pembelajaran hingga pembuatan game interaktif serta tujuan-tujuan
lain yang lebih spesifik”.
Menurut Riski Rahman J.
(2008:5) menyatakan bahwa
“Macromedia Flash adalah software
yang banyak dipakai oleh para profesional web karena kemampuannya yang
mengagumkan dalam menampilkan multimedia, menggabungkan unsur teks, grafis,
animasi, suara dan serta interaktivitas bagi pengguna program animasi
internet”.
Sedangkan menurut
Astuti Salim (2011:2) menyatakan bahwa :
“Macromedia Flash adalah salah
satu Future Splash Animator yang memudahkan pembuatan animasi pada layar
komputer dalam menampilkan gambar secara audiovisual dan lebih menarik”.
Macromedia
Flash juga dilengkapi dengan tool-tool (alat-alat) untuk membuat gambar
yang kemudian akan dibuat animasinya. Selanjutnya animasi disusun dengan
menggabungkan adegan-adegan animasi hingga menjadi movie. Langkah terakhir
adalah menerbitkan media tersebut ke media yang dikehendaki.
Macromedia
Flash adalah program yang bisa menghasilkan
file kecil (ringan) sehingga mudah diakses pada halaman web tanpa membutuhkan
waktu loading yang lama. Macromedia Flash menghasilkan file
dengan ekstensi .flash. Setelah file tersebut siap dimuat kehalaman web,
selanjutnya file akan disimpan dalam format .swf agar dapat dibuka tanpa
menginstal perangkat lunak Flash, tetapi cukup menggunakan Flash
Player yang dipasang pada browser berbasis Windows
Menurut Arno
Prasetio (2006: 9) menyatakan bahwa:
“Macromedia
Flash adalah
suatu software animasi yang dapat digunakan untuk mempermudah
penyampaian suatu konsep yang bersifat abstrak yang dalam penerapannya
menggunakan komputer dan media imager proyector. Software ini mempunyai
banyak keunggulan dibandingkan dengan software animasi lainnya di antaranya
adalah program yang berorientasi objek, mampu mendesain gambar berbasis vector,
kemampuannya menghasilkan animasi gerak dan suara dan dapat dipergunakan
sebagai software pembuat situs website, serta masih banyak
keunggulan lainnya dibandingkan dengan software animasi lain. Dengan
keunggulan dan kelebihan yang dimilikinya, Macromedia Flash Professional 8 sebagai
teknologi Audiovisual, mampu menghasilkan fitur-fitur baru yang dapat
dimanfaatkan dalam pendidikan”.
Menurut Wirawan Istiono
(2006:13) mengemukakan bahwa:
“Macriomedia
Flash adalah suatu program aplikasi berbasis vektor standar authoring tool
professional yang digunakan untuk membuat animasi dan bitmap yang sangat
menarik untuk membuat animasi logo, movie, game, menu interaktis, dan pembuatan
aplikasi-aplikasi web”.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Macromedia
Flash 8 merupakan software yang mampu menghasilkan presentasi, game,
film, CD interaktif, maupun CD pembelajaran, serta untuk membuat situs web yang
interaktif, menarik, dan dinamis. Dari uraian di atas, maka Macromedia Flash
8 cocok digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
IPA.
B. KERANGKA
BERPIKIR
Pendidikan IPA
seharusnya dilaksanakan dengan baik dalam proses pembelajaran di sekolah,
mengingat pentingnya pelajaran tersebut seperti yang telah diungkapkan di atas.
Pembelajaran IPA dikatakan berhasil apabila semua tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan dapat tercapai, yangterungkap dalam hasil belajar IPA. Namun
dalam kenyataannya, masih adasekolah-sekolah yang memiliki hasil belajar IPA
yang rendah karenabelummencapai standar ketuntasan yang telah ditentukan.
Namun Dalam kenyataan nya Hasil belajar IPA yang
didapatkan siswa masih rendah, hal ini
ditunjukkan pada nilai UAS semester gasal yang sebagian siswanya masih belum
mencapai standar kriteria ketuntasan minimal (KKM). Batas nilai KKM IPA yang
telah ditentukan adalah 6,5. Kenyataan dilapangan masih banyaknya siswa yang
belum tercapai KKM, bahkan dilihat dari kuantitasnya tapai kualitas
komperhensif pembelajaran IPA sangat rendah.
Berdasarkan uraian
di atas maka dapat diidentifikasi tiga variabel sebagai berikut, yaitu variabel
penggunaan metode pembelajaran drill (X1), variabel ketahanmalangan
(X2), dan variabel prestasi belajar matematika siswa (Y) yang diduga
mempunyai hubungan pengaruh sebagai berikut:
1)
Pengaruh penggunaan model
pembelajaran inkuiri (X1)
terhadap Hasil belajar IPA siswa (Y)
Hasil
belajar IPA merupakan perubahan tingkah laku seseorang yang meliputi aspek
kognitif, afektif dan atau psikomotor setelah menempuh kegiatan belajar selama
periode tertentu, yaitu segala materi yang berhubungan tentang IPA, yang
tingkat kualitas perubahannya sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang ada
dalam diri siswa dan lingkungan sosial yang mempengaruhinya.
Hasil belajar siswa akan semakin tinggi
apabila seluruh unsur yang mempengaruhinya memberikan kontribusi yang cukup
besar. Salah satu faktor tersebut adalah kompetensi guru, artinya guru yang
mampu menggunakan berbagai macam strategi pembelajaran akan mampu meningkatkan
semangat siswa untuk belajar. Penggunaan model pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan akan dapat membantu siswa meningkatkan prestasi belajarnya.
Model pembelajaran
inkuiri sesuai dipergunakan pada IPA karena karakteristik pelajaran IPA bukan
asumsi atau issue- issue dimana siswa berfikir discovery pada pelajaran IPA
model pembelajaran Inkuiri merupakan
proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan
observasi dan eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap
pertanyaan- pertanyaan atau rumusan – rumusan masalah dengan menggunakan
kemampuan berpikir logis.
Dari uraian di atas, maka diduga bahwa
ada perbedaan Hasil belajar IPA antara siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran Inkuiri dengan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional.
2)
Pengaruh Ketahanmalangan Siswa
(X2) terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa (Y)
Prestasi belajar merupakan indikator yang menunjukkan
kinerja siswa sepanjang masa belajarnya. Prestasi belajar merupakan hasil dari
semua upaya siswa mempergunakan semua faktor internalnya termasuk didalamnya
kecerdasan, emosi bakat dan pembawaannya
Media pembelajaran ICT (information Communication and
Tecnologi) dalam pembelajaran IPA merupakan segala
sesuatu yang dapat menyalurkan makna baik itu verbal maupun non verbal yang
akan merangsang pikiran, perasaan, dan motivasi siswa sehingga dapat mendorong
terciptanya proses belajar mengajar yang baik.
Dalam hubungannya
dengan Hasil belajar, media pembelajaran merupakan faktor Eksternal yang sangat penting. Media ICT berhubungan cara menggunakan alat dan bahan
pelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk lebih baik, karena
penggunaan Media pembelajaran yang baik akan berdampak dengan hasil belajar
tinggi. Sebaliknya jika dalam proses pembelajaran guru mampu menerapkan metode
yang sesuai namun hanya sebatas pengetahuan tanpa ada tindak lanjutan dalam
perkembangan teknologi output tidak bisa bersaing dengan perkembangan jaman.
Dari uraian di atas maka diduga terdapat pengaruh langsung
Media ICT ( information communication
and technologi ) terhadap hasil belajar matematika siswa.
3)
Perbedaan Pengaruh Interaksi
antara Penggunaan Model pembelajaran Inkuiri
(X1) dan media ICT (information Communication and Technologi )
(X2) terhadap Hasil Belajar IPA (Y)
hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum
belajar. Sedangkan dari sisi guru hasil belajar sebagai alat ukur, apakah siswa
telah mengusai materi yang telah dipelajarinya.
Sedangkan
ICT merupakan teknologi sebgai media / alat bantu yang mencakup seluruh
peralatan tenis untuk memproses dan menyampikan informasi yang salah satunya
dengan menggunkan computer yang berupa hardware dan software untuk menciptakan
presantasi-presantasi agar memudahkan dalam proses belajar mengajar dikelas.
Dalam
hubungannya dengan hasil belajar Media ICT merupakan faktor Eksternal yang akan
membantu meningkatkan hasil belajar dalam Pelajaran IPA, media ICT merupakan
alat bantu untuk memberikan Pengalaman belajar yang berkesan tidak hanya
mendengar mencatat dan mengerjakan soal, namun dengan Media ICT siswa akan jauh
lebih berkembang meguasai konsep pembelajaran IPA.
Dalam Hubungan dengan hasil Belajar
IPA model pembelajaran merupakan hal yang penting karena 70 % keberhasilan
pembelajaran itu ditentukan oleh guru
itu tersebut, model pembelajaran Inkuiri merupakan model pembelajaran
yang memacu siswa akan lebih berfikir kreatif karena model inkuiri merangsang
siswa tidak menerima mentah- mentah pemberian pembelajaran, karena harus
mengutamakan prinsip eksplorer mendapatkan konsep itu tersebut, dengan hal
tersebut peningkatan hasil belajar pun akan lebih baik dengan model
pembelajaran inkuri dibandingkan dengan pembelajaran Konvensional dimana siswa
belajar satu arah tanpa ada kesan yang mendalam tenatang pembelajaran itu tersebut.
Dari uraian di atas maka diduga terdapat pengaruh
langsung model pembelajaran inkuiri dan
Media ICT ( information communication and technologi ) secara bersama-sama
terhadap prestasi belajar IPA
C. PENELITIAN
RELEVAN
1) Nama:
Made
Suriatna, Tahun:2008, Judul : pengaruh pembelajaran kontekstual dan penggunaan
media ICT terhadap Hasil belajar siswa
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan
perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran
kontekstual dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional, (2)
mendeskripsikan perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang
menggunakan media berbasis ICT dan
siswa yang menggunakan media konvensional, (3) mendeskripsikan pengaruh
interaktif antara pendekatan pembelajaran dengan penggunaan media
terhadap prestasi belajar matematika. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri
1 Banjarangkan dengan menggunakan metode eksperimen semu dengan Posttest-Only
Control Group Design, yang melibatkan sampel sebanyak 132 siswa yang
dipilih dengan teknik sampling kelompok. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL) yang dilakukan pada kelompok
eksperimen dan pembelajaran konvensional yang dilakukan pada kelompok kontrol. Variabel
moderator adalah media ICT dan media
konvensional. Sebagai variabel terikat adalah prestasi belajar matematika.
Instrumen penelitian berupa tes prestasi belajar matematika yang digunakan
dalam menjaring data. Analisis data menggunakan ANAVA dua jalur dan uji Tukey.
Hasil analisis menunjukkan hal-hal sebagai berikut. (1) Prestasi belajar
matematika siswa yang mengikuti pembelajaran kontekstual lebih baik secara
signifikan daripada prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional dengan Q hitung sebesar 4,197. (2) Prestasi belajar
matematika siswa yang menggunakan media ICT
lebih baik secara signifikan daripada prestasi belajar matematika siswa yang
menggunakan media konvensional dengan Q hitung sebesar 3,336. (3)
Terdapat pengaruh interaktif antara model pembelajaran yang diterapkan dengan
media pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika siswa dengan F
hitung sebesar 18,649.
2) Nama : Sri Lestari, tahun : 2008, Judul
: Pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan media audio
visual dan modul bergambar disertai lks terhadap prestasi belajar fisika
ditinjau dari kemampuan awal dan aktivitas belajar siswa ( studi kasus pada
materi tata surya bagi siswa
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui : (1) perbedaan pengaruh antara penggunaan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan media audio visual disertai LKS dan
media modul bergambar disertai LKS, (2) perbedaan pengaruh antara siswa yang
mempunyai kemampuan awal tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal
rendah, (3) perbedaan pengaruh antara siswa yang mempunyai aktivitas belajar
tinggi dengan siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah, (4) interaksi
pengaruh antara penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan media
audio visual disertai LKS, media modul bergambar disertai LKS, dan kemampuan
awal, (5) interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan media audio visual disertai LKS, media modul bergambar
disertai LKS, dan aktivitas belajar, (6) interaksi pengaruh antara kemampuan
awal dan aktivitas belajar, (7) interaksi pengaruh antara penggunaan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan media audio visual disertai LKS, media
modul bergambar disertai LKS, kemampuan awal dan aktivitas belajar, terhadap
prestasi belajar fisika pada materi Tata Surya. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Mei 2007 sampai Juni 2007, menggunakan metode eksperimen murni.
Populasi adalah semua siswa kelas VII SMP Negeri 1 Nogosari tahun pelajaran
2006/2007. Sampel adalah empat kelas dan diambil secara acak. Kelas VII A dan
VII B adalah kelas eksperimen I, sedangkan kelas VIIC dan VIID adalah kelas
eksperimen II. Data dikumpulkan dengan metode tes, dokumentasi, angket dan
observasi. Data dianalisis dengan teknik analisis varians (anava) tiga jalan
sel tak sama, dilanjutkan metode Scheffe. Dari analisis data dapat disimpulkan
bahwa: (1) terdapat perbedaan pengaruh antara penggunaan pembelajaran model
inkuiri terbimbing dengan media audio visual disertai LKS dan media modul
bergambar disertai LKS, (2) terdapat perbedaan pengaruh antara siswa yang
mempunyai kemampuan awal tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal
rendah, (3) terdapat perbedaan pengaruh antara siswa yang mempunyai aktivitas
belajar tinggi dengan siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah, (4) Tidak
terdapat interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan media audio visual disertai LKS, media modul bergambar
disertai LKS, dan kemampuan awal, (5) Terdapat interaksi pengaruh antara
penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan media audio visual
disertai LKS, media modul bergambar disertai LKS, dan aktivitas belajar, (6)
Tidak terdapat interaksi pengaruh antara kemampuan awal dan aktivitas belajar,
(7) Terdapat interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan media audio visual disertai LKS, media modul bergambar
disertai LKS, kemampuan awal dan aktivitas belajar, terhadap prestasi belajar
fisika pada materi Tata Surya. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui : (1) perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran
inkuiri terbimbing dengan media audio visual disertai LKS dan media modul
bergambar disertai LKS, (2) perbedaan pengaruh antara siswa yang mempunyai
kemampuan awal tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah, (3)
perbedaan pengaruh antara siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi dengan
siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah, (4) interaksi pengaruh antara
penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan media audio visual
disertai LKS, media modul bergambar disertai LKS, dan kemampuan awal, (5)
interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing
dengan media audio visual disertai LKS, media modul bergambar disertai LKS, dan
aktivitas belajar, (6) interaksi pengaruh antara kemampuan awal dan aktivitas
belajar, (7) interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan media audio visual disertai LKS, media modul bergambar
disertai LKS, kemampuan awal dan aktivitas belajar, terhadap prestasi belajar
fisika pada materi Tata Surya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2007
sampai Juni 2007, menggunakan metode eksperimen murni. Populasi adalah semua
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Nogosari tahun pelajaran 2006/2007. Sampel adalah
empat kelas dan diambil secara acak. Kelas VII A dan VII B adalah kelas
eksperimen I, sedangkan kelas VIIC dan VIID adalah kelas eksperimen II. Data
dikumpulkan dengan metode tes, dokumentasi, angket dan observasi. Data
dianalisis dengan teknik analisis varians (anava) tiga jalan sel tak sama,
dilanjutkan metode Scheffe. Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa: (1)
terdapat perbedaan pengaruh antara penggunaan pembelajaran model inkuiri
terbimbing dengan media audio visual disertai LKS dan media modul bergambar
disertai LKS, (2) terdapat perbedaan pengaruh antara siswa yang mempunyai
kemampuan awal tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah, (3)
terdapat perbedaan pengaruh antara siswa yang mempunyai aktivitas belajar
tinggi dengan siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah, (4) Tidak terdapat
interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing
dengan media audio visual disertai LKS, media modul bergambar disertai LKS, dan
kemampuan awal, (5) Terdapat interaksi pengaruh antara penggunaan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan media audio visual disertai LKS, media
modul bergambar disertai LKS, dan aktivitas belajar, (6) Tidak terdapat
interaksi pengaruh antara kemampuan awal dan aktivitas belajar, (7) Terdapat
interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing
dengan media audio visual disertai LKS, media modul bergambar disertai LKS,
kemampuan awal dan aktivitas belajar, terhadap prestasi belajar fisika pada
materi Tata Surya.
D. HIPTESIS
PENELITIAN
Berdasarkan uraian
teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas maka hipotesis
penelitian ini adalah :
1.
Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri
terhadap hasil belajar ipa.
2.
Terdapat pengaruh media ICT (information communication
and technologi) terhadap hasil belajar ipa.
3.
Terdapat perbedaan pengaruh interaksi antara penggunaan
model pembelajaran inkuiri dan media ICT (information communication and
technologi)terhadap hasil belajar
matematika ipa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Negeri di Tangerang Barat
gugus 04 Kota Administrasi Kabupaten Tangerang. Di
wilayah tersebut terdapat 4 buah SMP
Negeri, yaitu SMP Negeri 1 Kresek, SMP Negeri 1 Gunung kaler, dan SMP Negeri
Satap Rancailat. SMP Negeri 1 Gunung Kaler Kondisi siswa menurut di
sekolah-sekolah tersebut bisa dilihat pada Tabel 3.1. berikut :
Tabel 3.1. Jumlah
Guru di SMA Negeri Se Kecamatan Ciracas
No
|
Nama Sekolah
|
Kelas
|
Jumlah Rombel
|
Jumlah Siswa
|
Jumlah
|
1
|
SMP Negeri 1 Kresek,
|
VII
|
9
|
274
|
806
|
VIII
|
9
|
268
|
|||
IX
|
8
|
264
|
|||
2
|
SMP Negeri 1 Gunung Kaler
|
VII
|
4
|
312
|
949
|
VIII
|
4
|
306
|
|||
IX
|
4
|
331
|
|||
3
|
SMP Negeri Satap Rancailat
|
VII
|
3
|
272
|
793
|
VIII
|
3
|
264
|
|||
IX
|
3
|
257
|
|||
Jumlah
|
2548
|
Sumber : Seksi Pendidikan SMP Kecamatan
Kresek Kabupaten Tangerang
2. Waktu
49
|
Tabel 3.2. Jadwal Penelitian
No
|
Jenis Kegiatan
|
Bulan/Minggu ke-
|
|||||||||||||||||||
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
|||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Penentuan masalah/judul
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Survey Pendahuluan
|
|
√
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Menyusun proposal/ Bimbingan Pendahuluan
|
|
|
√
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Menyusun instrumen
|
|
|
|
√
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
Uji Coba Instrumen
|
|
|
|
|
|
√
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6.
|
Proses
Treatment dan pengumpulan data
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
|
|
|
|
7.
|
Mengolah Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
√
|
√
|
|
|
|
8.
|
Penyusunan Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
√
|
√
|
B.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah eksperimen dengan model analisis teatment by level. Jenis pungujian yang digunakan adalah Anova Dua Arah. Eksperimen dilakukan pada dua
kelompok/sampel dimana masing-masing kelompok diberi perlakuan (treatment) yang berbeda. Kelompok
pertama diajar dengan menggunakan pembelajaran Model pembelajaran
Inkuiri sedangkan kelompok kedua diajar dengan menggunakan metode
pembelajaran konvensional. Masing-masing kelompok dibagi lagi menjadi dua
kategori menurut pembelajaran media ICT dalam belajar, yaitu kelompok yang
menggunakan media ICT dengan PowerPoint (PPT) dan kelompok yang
menggunakan media ICT dengan Macromedia
Flash Player 8.
Tabel 3.3.
Desain Penelitian
Level :
Media
ICT (B)
|
Treatment : Model Pembelajaran (A)
|
∑B
|
|
inkuiri(A1)
|
Konvensional
(A2)
|
||
PowerPoint (B1)
|
Y11
|
Y12
|
∑B1
|
Macromedia
Flash Player 8. (B2)
|
Y21
|
Y22
|
∑B2
|
∑A
|
∑A1
|
∑A2
|
|
Keterangan :
A1 : Hasil
belajar IPA pada kelompok responden yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri
A2 : Hasil
belajar IPA pada kelompok responden yang diajar dengan menggunakan metode
pembelajaran konvensional
B1 : Hasil
belajar IPA pada kelompok responden yang menggunakan media ICT dengan
PowerPoint
B2 : Hasil belajar IPA pada kelompok
responden yang menggunakan media ICT dengan Macromedia Flash Player 8
Y11 : Hasil
belajar IPA pada kelompok responden yang diajar dengan menggunakan Model
pembelajaran inkuiri dan menggunakan
media ICT dengan PowerPoint
Y12
: Hasil
belajar IPA pada kelompok responden yang diajar dengan menggunakan Model
pembelajaran inkuiri dan menggunakan
media ICT dengan Macromedia Flash Player 8
Y21
: Hasil belajar IPA pada kelompok
responden yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional dan
menggunakan Media ICT dengan PowerPoint
Y22
: Hasil
belajar IPA pada kelompok responden yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional dan menggunakan media ICT dengan Macromedia Flash
Player 8
C. Populasi dan
Sampel
1.
Populasi Target
Populasi target dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas IX (Sepuluh) Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri di wilayah Kecamatan Kresek Kota Administrasi Kabupaten Tangerang
2013/2014.
2.
Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Kresek Kabupaten
Tangerang tahun pelajaran 2013/2014. Kondisi anggota populasi
terjangkau ini ini sesuai yang tertera pada Tabel 3.2..
3.
Sampel dan Teknik Pengambilan
Sampel
Dari populasi terjangkau yang ada
kemudian dipilih dua kelas untuk dijadikan kelas-kelas eksperimen, yaitu kelas
yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran inkuri dan kelas yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran
konvensional. Pemilihan dua kelas tersebut dilakukan secara acak (random)
tertimbang dari kelas-kelas paralel yang ada. Yang dijadikan pertimbangan
adalah rata-rata prestasi akademis, yaitu kelas yang mempunyai rata-rata
prestasi belajar hampir sama.
Dari dua kelas yang terpilih,
karena setiap kelas hanya akan dipilih 32 siswa sebagai anggota sampel, maka
siswa-siswa anggota sampel tersebut dipilih secara acak tertimbang. Sebagai
pertimbangan calon anggota sampel adalah bahwa siswa tersebut tidak termasuk
kelompok istimewa, yang dimaksud kelompok istimewa adalah siswa yang terlalu
pandai atau sebaliknya, bermasalah dalam kehadiran atau bermasalah dalam
kedisiplinan.
D.
Teknik Pengumpulan Data
1.
Data Penelitian
Sesuai
dengan desain penelitian di atas, maka data penelitian yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah Data hasil Belajar
IPA
2.
Sumber Data
Sedangkan sumber data untuk data
tentang Hasil belajar IPA
adalah jawaban yang diberikan oleh responden atas soal tes yang diberikan oleh
peneliti.
3. Teknik Mendapatkan Data
Teknik pengumpulan data untuk
data tentang hasil Belajar IPA adalah dengan melaksanakan tes setelah proses
pembelajaran materi yang dieksperimenkan selesai. Dua kelompok eksperimen
tersebut diuji dengan soal yang sama.
E. Pengembangan Instrumen Penelitian
1.
Instrumen Pengukuran Hasil
Belajar IPA
a.
Defenisi Konseptual
Hasil Belajar IPA
siswa adalah hasil yang diperoleh siswa
setelah mengikuti materi IPA yang berupa data kualitatif maupun data
kuantitatif.
b.
Defenisi Operasional
hasil
Belajar IPA siswa adalah penggabungan skor yang diperoleh siswa secara individu
maupun kelompok setelah melaksanakan
kegiatan belajar sistem eksresi jawaban yang benar dibagi dua.
c. Kisi-kisi
Instrumen Pengukuran hasil belajar IPA
Table
3.4. Kisi-kisi Instrumen
Pengukuran hasil belajar IPA
No
|
Kompetensi
|
Indikator
|
C1
|
C2
|
C3
|
C4
|
Jumlah
|
1
|
Mendeskripsikan
sistem ekskresi pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan
|
Membandingkan
macam organ penyusun sistem ekskresi pada manusia
|
1
2
|
3
|
|
|
1
2
|
|
4
|
5, 6
|
|
|
2
|
||
Menentukan kedudukan garis dan bidang dalam ruang
|
7
|
8
|
|
|
2
|
||
Menentukan kedudukan antara dua bidang dalam ruang
|
|
9
|
|
|
2
|
||
2
|
Mendeskripsikan
sistem ekskresi pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan
|
Menentukan jarak titik dan garis dalam ruang
|
|
10
|
11,12, 13
|
14
|
5
|
Menentukan jarak titik dan bidang dalam ruang
|
|
15
|
16, 17,
|
18
|
5
|
||
Menentukan jarak antara dua garis bersilangan dalam
ruang
|
|
|
19, 20
|
|
3
|
||
3
|
Mendeskripsikan
sistem ekskresi pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan
|
Menentukan besar sudut antara dua garis dalam ruang
|
|
|
21, 22
|
|
2
|
Menentukan besar sudut antara garis dan bidang dalam
ruang
|
|
|
23, 24
|
25,26
|
3
|
||
Menentukan besar sudut antara dua bidang dalam ruang
|
|
|
27,28
|
29,30
|
2
|
||
Jumlah
|
3
|
7
|
14
|
6
|
30
|
d. Kalibrasi
Instrumen
Untuk mengkalibrasi
instrumen dilakukan dengan menguji tingkat kesukaran, validitas setiap butir
soal, reliabilitas instrumen, dan daya pembeda butir soal. Pengujian tersebut dilakukan pada 18 orang responden anggota populasi tetapi
bukan calon anggota sampel. Rumus-rumus yang digunakan untuk pengujian
disesuaian dengan jenis instrumen yaitu soal tes berbentuk pilihan ganda.
1) Tingkat
Kesukaran Butir Soal Test hasil belajar IPA Indeks
tingkat kesukaran atau Proportional
Correct dinotasikan dengan p untuk soal pilihan ganda diuji dengan rumus
(Safari, 2005 : 23) :
; dimana
JB = jumlah peserta tes yang menjawab benar
N = jumlah peserta tes
Kriteria
tingkat kesukaran yang digunakan pada analisa ini adalah : jika p < 0,70
kategori soal mudah, 0,30 < p < 0,70 kategori soal sedang, dan p <
0,30 kategori soal sukar.
Berdasarkan
perhitungan pengujian yang tertera pada Lampiran 4, maka diperoleh bahwa
distribusi tingkat kesukaran butir soal tes hasil belajar Matematika pada
instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Soal dengan kategori mudah adalah soal nomor 1, 8, 9, 12,
17, dan 21.
b) Soal dengan kategori sedang adalah soal nomor 2, 3, 4, 5,
7, 10, 11, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, dan 30
c) Soal dengan kategori sukar adalah soal nomor 6, 13, 28,
dan 29.
2) Pengujian
Validitas Butir Soal Test hasil belajar IPA
Untuk menghitung validitas butir butir soal pilihan ganda
diuji dengan menggunakan rumus korelasi biserial
(Safari, 2005 : 71) dengan rumus :
; dimana :
rbis(i)
= Koefisien korelasi antara skor butir soal nomor i dengan skor total
Xi = Rata-rata skor total responden
yang menjawab benar butir soal nomor i
Xt = Rata-rata skor total semua responden.
St = Standar deviasi skor total semua responden.
Pi = Proporsi jawaban benar untuk
butir soal nomor i
Qi = Proporsi jawaban salah untuk
butir soal nomor i
Nilai rbis yang diperoleh dari perhitungan
selanjutnya dikonsultasikan dengan r tabel product moment, dimana
kriteria penerimaan butir instrumen valid atau tidak digunakan uji validitas
instrumen dengan rtabel, yang ditentukan uji satu sisi dengan taraf signifikansi ( α ) =
0,05 dan derajat
kepercayaan ( df ) = k – 2 (dimana k = banyaknya responden uji coba).
Kriteria validitas butir soal adalah jika rhitung
lebih besar atau sama dari pada rtabel
maka butir dianggap valid, sedangkan jika rhitung lebih kecil dari pada rtabel tidak valid dan tidak digunakan atau butir
pertanyaan tersebut dibuang. Pada penelitian ini karena uji coba instrumen
dilakukan pada 20 orang siswa maka nilai rtabel
adalah 0,3783.
Berdasarkan
perhitungan pengujian validitas butir soal yang tertera pada Lampiran 6, maka
diperoleh bahwa butir soal tes hasil belajar Matematika yang ada pada instrumen
penelitian ini semuanya valid.
3)
Pengujian Realiabilitas Instrumen Test hasil Belajar IPA
Untuk pengujian reabilitas
perangkat soal pilihan ganda digunakan rumus Kuder Richardson 20 (Safari, 2005
: 54), yaitu :
; dimana
:
rKR = Koefisien reliabilitas tes
k = Banyaknya butir soal yang valid
St2 = Varians skor total
PiQi = Varians skor tiap butir.
Pi = Proporsi jawaban benar untuk butir i.
Qi =
Proporsi jawaban salah untuk butir i.
Angka reliabilitas yang diperoleh dari perhitungan
selanjutnya dibandingkan dengan rtabel
pada uji satu sisi dengan taraf signifikansi
( a ) = 0,05 dan derajat kepercayaan (df)
= k – 2 dimana k = banyaknya soal yang valid. Kriteria reliabilitasnya adalah
jika rhitung
lebih besar dari pada rtabel maka
instrumen tersebut reliabel.
Pada penelitian ini karena dari hasil uji coba validitas diperoleh
banyaknya buti pertanyaan yang valid adalah sebanyak 30 butir pertanyaan, maka
nilai rtabel adalah
0.3069.
Berdasarkan
perhitungan pengujian reliabilitas perangkat soal yang tertera pada Lampiran
13, diperoleh bahwa koefisien korelasi (rhitung)
reliabilitas adalah sebesar 0,914, lebih besar dari rtabel, maka perangkat soal tes hasil belajar Matematika
pada penelitian ini reliabel.
2.
Instrumen Pengukuran media
pembelajaran berbasis ICT
a.
Definisi Konseptual
Media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
(bahan pembelajaran ) yang berabasis ICT (information comunnication and technology)
sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran,dan perasaan pebelajar
dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai pembelajara tertentu.
b.
Definisi Operasional
Media
Pembelajaran Berbasis ICT Adalah Alat Bantu Untuk Menyajikan Dan Memperjelas Informasi
Dengan Memperlihatkan Gambar Video Dan Animasi Untuk Meningkatkan Hasil
BelajarIPA
c.
Kisi – Kisi Instrumen
Kisi – kisi instrumen untuk mengukur variabel ketahanmalangan dituangkan
dalam tabel 3 seperti tampak di bawah ini
.
Tabel 3.5. Kisi-Kisi Instrumen Ketahanmalangan
No
|
Dimensi
|
Indikator
|
Deskriptor
|
No Item
|
Jumlah
|
1
|
Kepribadian
|
a.
Penilaian diri positif
b. Optimisme
|
· Menghargai kemampuan diri
· Berorientasi ke masa depan
· Mencari alternatif penyelesaian
· Percaya pada perhitungan sendiri
|
1,2,3
4,5
6,7,8
9,10,11
|
3
2
3
3
|
2
|
Persepsi
|
a.
Kontrol
b.Ownership
c.
Reach
d. Endurance
|
· Mampu mengen- dalikan diri
· Menyadari kepemilikian
· Melokalisir jangkauan masa
· Dayatahan terhadap masalah
|
12,21,25
13,22,26
14,16,18,19,23
15,17,20,24
|
3
3
5
4
|
3
|
Kebiasaan
|
a.
Perenca-naan
b.Ketekunan
|
· Menuliskan cita-cita/kegiatan
· Mengidentifikasi kendala
· Melakukan evaluasi
· Mencoba alternatif baru
|
27,28,35
29,30
31,33
32,34,35
|
3
2
2
3
|
Jumlah
item
|
35
|
d. Jenis Instrumen Media ICT
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data
tentang Media ICT berbentuk
kuesioner dengan menggunakan rating scale.
Model rating scale
yang digunakan dalam bentuk kontinum dengan 5 (lima) kategori, yaitu nilai
jawaban sangat sesuai = 5, sesuai = 4, ragu-ragu = 3, tidak sesuai = 2, dan
sangat tidak sesuai = 1. Semua pertanyaan diatur sedemikian rupa semua bermakna
positif.
e. Teknik Kalibrasi
Instrumen Media ICT
Untuk mengkalibrasi instrumen
dilakukan dengan menguji validitas setiap butir pertanyaan dan reliabilitas
instrumen tersebut. Pengujian tersebut
dilakukan pada 20 orang responden
anggota populasi tetapi bukan calon anggota sampel.
Untuk menghitung validitas butir kuesioner motivasi belajar siswa
menggunakan rumus korelasi product moment
pearson, dimana kriteria penerimaan butir instrumen valid atau tidak
digunakan uji validitas instrumen dengan rtabel, yang ditentukan uji satu sisi dengan taraf signifikansi ( α ) =
0,05 dan derajat
kepercayaan ( df ) = k – 2 (dimana k = banyaknya responden uji coba).
Kriteria validitas butir soal adalah jika rhitung
lebih besar dari pada rtabel maka
butir dianggap valid, sedangkan jika rhitung
lebih kecil dari pada rtabel
tidak valid dan tidak digunakan atau butir pertanyaan tersebut dibuang. Pada
penelitian ini karena uji coba instrumen dilakukan pada 16 orang siswa maka
nilai rtabel adalah
0,4259.
Berdasarkan
perhitungan pengujian validitas butir soal yang tertera pada Lampiran 6, maka
diperoleh bahwa banyaknya butir pertanyaan yang valid sebanyak 4 butir, yaitu
butir nomor 20, 23, 29 dan 32. Butir pertanyaan yang tidak valid tersebut
dibuang atau tidak digunakan untuk mendapatkan data penelitian.
Untuk perhitungan reabilitas koesioner motivasi belajar siswa menggunakan
rumus Alpha Cronbach. Angka
reliabilitas yang diperoleh dari perhitungan selanjutnya dibandingkan dengan rtabel pada uji satu sisi
dengan taraf signifikansi ( a ) = 0,05 dan derajat kepercayaan (df) = k – 2 dimana k =
banyaknya soal yang valid. Kriteria
reliabilitasnya adalah jika rhitung lebih
besar dari pada rtabel maka
instrumen tersebut reliabel.
Pada penelitian ini karena dari hasil uji coba validitas diperoleh
banyaknya buti pertanyaan yang valid adalah sebanyak 31 butir pertanyaan, maka
nilai rtabel adalah
0.3015.
Berdasarkan
perhitungan pengujian reliabilitas perangkat yang tertera pada Lampiran 13,
diperoleh bahwa koefisien korelasi (rhitung)
reliabilitas adalah sebesar 0,894, lebih besar dari rtabel, maka instrumen pengukuran Ketahanmalangan pada
penelitian ini reliabel.
F.
Pengujian Persyaratan Analisis Data
Teknik analisis data yang
akan digunakan dalam penelitian ini meliputi dua tahap, yaitu: (1) pengujian
persyaratan analisis dan (2) pengujian hipotesis penelitian. Sebelum dilakukan
pengujian persyaratan analisis, data dari setiap variabel dianalisis deskriptif
untuk mendapat gambaran secara umum hasil penelitian. Data yang diperoleh akan
disajikan dalam besaran statistik deskriptif seperti rata-rata (mean), nilai
tengah (median), frekwensi terbanyak (modus), simpangan baku (standar deviasi).
Selanjutnya data disajikan dalam bentuk distribusi
frekwensi dan histogram dari masing-masing perlakuan.
1.
Uji
Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk
mengetahui apakah data hasil pengumpulan berdistribusi normal atau tidak. Hal
ini akan berpengaruh pada proses lanjutan analisis statistik, jika data
berdistribusi normal, maka analisis dilanjutkan menggunakan statistik parametrik,
sedangkan jika data tidak berdistribusi normal, maka analisis dilanjutkan
menggunakan statistik non parametrik. Uji normalitas dapat dilakukan
menggunakan analisis Kolmogorov Smirnov dalam SPSS 17.0. Distribusi data
dikatakan normal jika nilai sig KS > 0,05. Perhitungan normalitas akan
dilakukan menggunakan bantuan program komputer SPSS 17.0.
2.
Uji Homogenitas
Untuk
Uji Homogenitas (jika hanya dua sampel yang dibandingkan) digunakan hipotesis
sebaga berikut :
H0
: s12 = s22 = s22 = ........ =
s22
H1
: s12 ¹ s22 ¹ s22 ¹ …….
¹ s22
dimana s12 dan s22 masing-masing adalah simpangan baku sampel
pertama dan kedua.
Dalam
praktiknya, akan digunakan bantuan program SPSS 17.0 untuk menghitung uji
homogenitas, yaitu melalui pengujian Anova Satu Arah. Pada pngujian Anova Satu
Arah dengan SPSS tersebut, output yang
diperhatikan adalah nilai kolom Sig
pada tabel Test of Homogeneity of
Variances. Kriteria pengujiannya adalah jika nilai Sig > 0,05 maka
pengujian tersebut signifikan dalam arti bahwa data-data dari sampel tersebut
diperoleh dari populasi yang homogen.
G.
Hipotesis Penelitian dan Teknik Pengujian Hipotesis
1.
Hipotesis Statistika
Sesuai
dengan hipotesis yang sudah dibuat di akhir Bab II maka hipotesis statistika
pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Hipotesis 1
:
H0
: µA1 = µA2 ;
H1 : µA1 > µA2 ;
artinya :
H0
: tidak
terdapat perbedaan rata-rata antara Hasil Belajar IPA siswa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan rata-rata Prestasi
belajar IPA siswa yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran
konvensional.
H1
: terdapat
perbedaan rata-rata antara Hasil Belajar IPA siswa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan rata-rata Hasil Belajar
IPA siswa yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional
b. Hipotesis 2
:
H0 :
µB1 = µB2 ;
H1 : µB1 > µB2
; artinya :
H0 :
tidak
terdapat perbedaan rata-rata antara rata-rata hasil belajar belajar IPA siswa
yang menggunakan Media ICT PowerPoint dengan rata-rata hasil belajar belajar
IPA siswa yang menggunakan Media ICT Macromedia Flash.
H1 :
terdapat
perbedaan rata-rata antara rata-rata hasil belajar belajar IPA siswa yang menggunakan
Media ICT PowerPoint dengan rata-rata hasil belajar belajar IPA siswa yang menggunakan
Media ICT Macromedia Flash.
c. Hipotesis 3
:
H0 :
A x B = 0 ;
H1 : A x B ≠ 0 ; artinya :
H0 : tidak terdapat pengaruh interaksi
penggunaan model pembelajaran Inkuiri
dan Media ICT siswa terhadap hasil belajar IPA siswa.
H1
: Terdapat pengaruh
interaksi penggunaan model pembelajaran Inkuiri
dan Media ICT siswa terhadap hasil belajar IPA siswa.
2.
Teknik Pengujian Hipotesis
Langkah-langkah
untuk pengujian atau pebuktian hipotesis tersebut adalah sebagai berikut :
·
Membuat
tabel untuk pengelompokan data yang diperlukan untuk pengujian Anova Dua Arah,
yaitu sesuai dengan desain penelitian yang sudah ditulis pada awal bab ini.
Tabel 3.6. Desain Anova Dua Arah
Level :
Media
ICT
|
Treatment : Model pembelajran (A)
|
∑B
|
|
Inkuiri(A1)
|
Konvensional
(A2)
|
||
Positif
(B1)
|
Y11
|
Y12
|
∑B1
|
Negatif
(B2)
|
Y21
|
Y22
|
∑B2
|
∑A
|
∑A1
|
∑A2
|
|
a. Membuat tabel statistik deskriptif untuk masing-masing
kelompok data. Tabel statistik deskriptif ini berisi harga-harga untuk setiap
unsur yang diperlukan dalam ANOVA sebagai berikut :
Tabel
3.7. Table
Statistik Deskriptif untuk Anova Dua Arah
|
A-1
|
A-2
|
∑B
|
B-1
|
ny
∑Y
∑Y2
|
ny
∑Y
∑Y2
|
ny
∑Y
∑Y2
|
B-2
|
ny
∑Y
∑Y2
|
ny
∑Y
∑Y2
|
ny
∑Y
∑Y2
|
∑A
|
ny
∑Y
∑Y2
|
ny
∑Y
∑Y2
|
ny
∑Y
∑Y2
|
Keterangan :
ny =
banyaknya subyek dalam kelompok
=
rata-rata skor untuk masing-masing kelompok
∑Y =
jumlah skor dalam setiap kelompok
∑Y2 = jumlah kuadrat setiap skor dala kelompok
b. Membuat tabel rangkuman ANOVA dua arah
Tabel
3.8. Table
Statistik Deskriptif untuk Anova Dua Arah
Sumber
Varians
|
UD
|
JK
|
RJK
|
Fh
|
Ft
|
|
0,05
|
0,01
|
|||||
Antar Kolom (Ak)
Antar Baris (AB)
Interaksi
|
db(Ak)
db(Ab)
db(I)
|
Jk(Ak)
Jk(AB)
Jk(I)
|
Rjk(Ak)
Rjk(Ab)
Rjk(I)
|
Fh
(Ak)
Fh
(Ab)
Fh
(I)
|
Ft
(Ak)
Ft
(Ab)
Ft
(I)
|
Ft
(Ak)
Ft
(Ab)
Ft
(I)
|
Antar Kelompok (A)
|
Db(A)
|
Jk(A)
|
Rjk(A)
|
Fh
(A)
|
Ft
(A)
|
Ft
(A)
|
Dalam Kelompok (D)
|
Db(D)
|
Jk(D)
|
Rjk (D)
|
─
|
─
|
─
|
Total di Reduksi (TR)
Rerata/Koreksi (R)
|
Db(TR)
Db(R)
|
Jk(TR)
Jk(R)
|
Rjk(TR)
Rjk(R)
|
─
─
|
─
─
|
─
─
|
Total (T)
|
80
|
Jk(T)
|
─
|
─
|
─
|
─
|
c. Menentukan db, JK > RJK, Fh dan Ft
Menentukan derajat kebebasan (db), jumlah kuadrat (Jk), Varians (RJK) dan Fhitung
(Fh) serta Ftabel (Ft) untuk pengisian dalam
tabel rangkuman ANOVA di atas, yaitu diperoleh sebagai berikut:
1)
Menentukan
derajat kebebasan
a)
db (Ak) = k – 1
b)
db (Ab) = b – 1
c)
db (I) = (k – 1)(b – 1)
d)
db (A) = k.b – 1
e)
db (D) = n00 – k.b
f)
db (TR) = n00 – 1
g)
db (R) = 1
h)
db (T) = n00
2)
Menentukan
jumlah kuadrat (JK)
a)
JK (T) =
b)
JK (R) =
c)
JK(TR) = JK(T) – JK(R)
d)
JK(A) =
e)
JK(Ak) =
f)
JK (Ab) =
g)
JK(I) = JK(A) – JK(Ak) – JK(Ab)
h)
JK(D) = JK(TR) – JK(A)
3)
Menentukan
Varians (S2) atau RKJ :
a)
Rjk(Ak) = δ2 (Ak) =
b)
Rjk(AB) = δ2 (Ab) =
c)
Rjk(I) = δ2 (I) =
d)
Rjk(A) = δ2 (A) =
e)
Rjk(D) = δ2 (D) =
4)
Menentukan
Nilai Fhitung (Fh)
a)
Fh(Ak) =
b)
Fh(Ab) =
c)
Fh(I) =
d)
Fh(A) =
5)
Menentukan
Nilai Ftabel (Ft) = F(α, db1, db2)
db1 = db pembilang = k
– 1
db2 = db penyebut = n
– 1
k = jumlah kolom/baris/perlakuan/kelompok
n = jumlah data sampel
6). Penguji Hipotesis dan penarikan kesimpulan
·
Untuk
varians antar baris atau hipotesis 1 :
Kriteria pengujian hipotesis
-
Tolak H0
dan terima H1 : Jika Fh (AK) > Ft
-
Terima H0
dan tolak H1 : Jika Fh (AK) < Ft
·
Untuk
varians antar kolom atau hipotesis 2 :
Kriteria pengujian Hipotesis :
-
Tolak H0
dan terima H1 : Jika Fh (AB) > Ft
-
Terima H0
dan tolak H1 : Jika Fh (AB) < Ft
·
Untuk
varians interaksi dua variabel bebas atau hipotesis 3 :
Kriteria pengujian Hipotesis :
-
Tolak H0
dan terima H1 : Jika Fh (I)> Ft
-
Terima H0
dan tolak H1 : Jika Fh (I) < Ft
Dalam praktiknya,
akan digunakan bantuan program SPSS 17.0 untuk pengujian hipotesis tersebt,
yaitu melalui pengujian Anova Dua Arah. Pada pngujian Anova Dua Arah dengan
SPSS tersebut, output yang diperhatikan
adalah nilai kolom Sig pada tabel Tests of Between-Subjects Effects
seperti tampak pada Tabel 3.11.
Tabel 3.9. Hasil
Pengujian Anova Dua Arah
Tests of Between-Subjects Effects
|
|||||
Dependent Variable
: Hasil_Belajar_Matematika
|
|||||
Source
|
Type III Sum of Squares
|
df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
Corrected Model
|
………..
|
……
|
………..
|
………
|
………..
|
Intercept
|
………..
|
……
|
………..
|
………
|
………..
|
Penggunaan_Model
Pembelajaran Inkuiri
|
………..
|
……
|
………..
|
………
|
………..
|
Ketahanmalangan_Siswa
|
………..
|
……
|
………..
|
………
|
………..
|
Penggunaan_Model_
Pembelajaran Inkuiri * Media ICT
|
………..
|
……
|
………..
|
………
|
………..
|
Error
|
………..
|
……
|
………..
|
|
|
Total
|
………..
|
……
|
|
|
|
Corrected Total
|
………..
|
……
|
|
|
|
a. R Squared = (Adjusted
R Squared =)
|
Kriteria pengujiannya
adalah :
1.
Untuk hipotesis 1 : jika nilai Sig pada baris Penggunaan_Model_
Pembelajaran kurang dari 0,05 maka H0
di tolak atau H1 diterima dalam arti bahwa terdapat perbedaan rata-rata
antara hasil belajar IPA siswa yang
diajar dengan menggunakan metode pembelajaran drill sebelum diajarkan guru dengan rata-rata hasil belajar IPA siswa yang diajar dengan yang
diajar dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional.
2.
Untuk hipotesis 2 : jika nilai Sig pada baris penggunaan Media ICT kurang
dari 0,05 maka H0 di tolak
atau H1 diterima dalam arti bahwa terdapat perbedaan rata-rata antara rata-rata
hasil belajar IPA siswa yang
mempunyai sikap positif pada matematika
dengan rata-rata hasil belajar IPA siswa
yang mempunyai sikap negatif pada IPA.
3.
Untuk hipotesis 3 : jika nilai Sig pada baris Penggunaan_Model_
Pembelajaran inkuiri * Media ICT kurang dari 0,05 maka H0
di tolak atau H1 diterima dalam arti bahwa terdapat pengaruh interaksi
pemberian tugas merangkum materi pelajaran sebelum disampaikan guru dan sikap
siswa pada IPA terhadap hasil belajar
IPA
3.
Teknik Uji Lanjut
Pengujian
lanjut ini dilakukan untuk pengujian hipotesis 1 yaitu perbandingan antar kolom
atau untuk membuktikan ada atau tidaknya pengaruh penggunaan media pembelajaran
terhadap hasil belajar kimia, dan untuk
pengujian hipotesis 2 yaitu perbandingan antar baris atau untuk membuktikan ada
atau tidaknya pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar kimia.
Teknik
pengujian lanjut dilakukan dengan menggunakan teknik uji beda rata-rata.
Hipotesis statistikanya sama, sedangkan rumus pengujiannya adalah dengan menggunakan rumus Fisher
(Sudjana , 1996: 242) sebagai berikut :
dimana
dan: X1 =
rata-rata variabel pertama
X2 =
rata-rata variabel kedua
n1 =
jumlah sampel I
n1
+ n2 – 2 = derajat kebebasan
n2 =
jumlah sampel I
s1 =
varian sampel II
s2 =
varian sampel II
Nilai
t yang diperoelh dari rumus di atas disebut thitung . Kesimpulan
atas pengujian hipotesis digunakan kriteria pengujian dengan derajat kebebasan
n1 + n2 – 2 dan taraf signifikan sebesar 5 % sebagai
berikut :
Tolak H0 apabila t hitung
> t tabel
Di Posting Oleh , Pada 18.29 dan 0 komentar
Ditulis Oleh : YOUR NAME | YOUR DESCRIPTION
Anda sedang membaca sebuah artikel yang berjudul propsal tesis . Dengan url https://arievrifai.blogspot.com/2013/05/propsal-tesis.html. Jika anda suka dengan artikel ini silahkan ambil dengan syarat Term of Use. Jika anda ingin meng copy-paste tolong berikan sumbernya dan baca terlebih dahulu Term of Use.