BLOG NAME || Artikel: KOmunikasi dalam pembelajaran
Share Gan:
Di Posting Oleh , Pada 09.19 dan 0 komentar
Share Gan:
C. Proses Komunikasi dalam Pembelajaran
1. Proses Komunikasi
Komunikasi
adalah suatu proses, bukan sesuatu yang bersifat statis. Komunikasi
memerlukan tempat, dinamis, menghasilkan perubahan dalam usaha mencapai
hasil, melibatkan interaksi bersama, serta melibatkan suatu kelompok.
Pengirim pesan melakukan encode, yaitu memformulasikan pesan yang akan disampaikannya dalam bentuk code yang sedapat mungkin dapat ditafsirkan oleh penerima pesan. Penerima pesan kemudian menafsirkan atau men-decode code
yang disampaikan oleh pengirim pesan. Berhasil tidaknya komunikasi atau
tercapai tidaknya tujuan komunikasi tergantung dari ketiga komponen
tersebut.
Dilihat
dari prosesnya, komunikasi dibedakan atas komunikasi verbal dan
komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan
menggunakan bahasa, baik bahasa tulis maupun bahasa lisan. Sedangkan
komunikasi nonoverbal adalah komunikasi yang menggunakan isyarat, gerak
gerik, gambar, lambing, mimik muka, dan sejenisnya.
Ketercapaian tujuan merupakan keberhasilan komunikasi. Keberhasilan komunikasi tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut :
a. Komunikator (Pengirim Pesan)
Komunikator
merupakan sumber dan pengirim pesan. Kredibilitas komunikator yang
membuat komunikan percaya terhadap isi pesan sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan komunikasi.
b. Pesan yang disampaikan
Pesan
harus memiliki daya tarik tersendiri, sesuai dengan kebutuhan penerima
pesan, adanya kesamaan pengalaman tentang pesan, dan ada peran pesan
dalam memenuhi kebutuhan penerima.
c. Komunikan (Penerima Pesan)
Agar
komunikasi berjalan lancar, komunikan harus mampu menafsirkan pesan,
sadar bahwa pesan sesuai dengan kebutuhannya, dan harus ada perhatian
terhadap pesan yang diterima.
d. Konteks
Komunikasi
berlangsung dalam setting atau lingkungan tertentu. Lingkungan yang
kondusif sangat mendukung keberhasilan komunikasi.
e. Sistem Penyampaian
Sistem
penyampaian berkaitan dengan metode dan media. Metode dan media yang
digunakan dalam proses komunikasi harus disesuaikan dengan kondisi atau
karakterisitik penerima pesan. (IGAK Wardani : 2005)
Menurut Endang Lestari G dalam bukunya yang berjudul “Komunikasi yang Efektif” ada dua model proses komunikasi, yaitu :
a. Model linier
Model
ini mempunyai ciri sebuah proses yang hanya terdiri dari dua garis
lurus, dimana proses komunikasi berawal dari komunikator dan berakhir
pada komunikan. Berkaitan dengan model ini ada yang dinamakan Formula
Laswell. Formula ini merupakan cara untuk menggambarkan sebuah tindakan
komunikasi dengan menjawab pertanyaan: who, says what, in wich channel, to whom, dan with what effect.
a. Model sirkuler
Model ini ditandai dengan adanya unsur feedback.
Pada model sirkuler ini proses komunikasi berlangsung dua arah. Melalui
model ini dapat diketahui efektif tidaknya suatu komunikasi, karena
komunikasi dikatakan efektif apabila terjadi umpan balik dari pihak
penerima pesan.
Dengan
demikian proses komunikasi dapat berlangsung satu arah dan dua arah.
Komunikasi yang dianggap efektif adalah komunikasi yang menimbulkan arus
informasi dua arah, yaitu dengan munculnya feedback dari pihak penerima
pesan. Dalam proses komunikasi yang baik akan terjadi tahapan pemaknaan
terhadap pesan (meaning) yang akan disampaikan oleh komunikator, kemudian komunikator melakukan proses encoding, yaitu interpretasi atau mempersepsikan makna dari pesan tadi, dan selanjutnya dikirim kepada komunikan melalui channel yang dipilih. Pihak komunikan menerima informasi dari pengirim dengan melakukan proses decoding, yaitu menginterpretasi pesan yang diterima, dan kemudian memahaminya
sesuai dengan maksud komunikator. Sinkronisasi pemahaman antara
komunikan dengan komunikator akan menimbulkan respon yang disebut dengan
umpan balik.
1. Desain Pesan dalam Pembelajaran
Pembelajaran
sebagai proses komunikasi dilakukan secara sengaja dan terencana,
karena memiliki tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Agar pesan
pembelajaran yang ingin ditransformasikan dapat sampai dengan baik,
maka Malcolm sebagaimana disampaikan oleh Abdul Gaffur dalam handout
kuliah Teknologi Pendidikan PPs UNY (2006) menyarankan agar dosen perlu
mendesain pesan pembelajaran tersebut dengan memperhatikan
prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Kesiapan dan motivasi.
Kesiapan
disini mencakup kesiapan mental dan fisik. Untuk mengetahui kesiapan
mahasiswa dalam menerima belajar dapat dilakukan dengan tes diagnostik
atau tes prerequisite.
Motivasi
terdiri dari motivasi internal dan eksternal, yang dapat ditumbuhkan
dengan pemberian penghargaan, hukuman, serta deskripsi mengenai
keuntungan dan kerugian dari pembelajaran yang akan dilakukan.
b. Alat Penarik Perhatian
Pada dasarnya perhatian/konsentrasi manusia adalah jalang, sering berubah-ubah dan berpindah-pindah (tidak focus). Sehingga
dalam mendesain pesan belajar, dosen harus pandai-pandai membuat daya
tarik, untuk mengendalikan perhatian mahasiswa pada saat belajar.
Pengendali perhatian yang dimaksud dapat berupa : warna, efek musik,
pergerakan/perubahan, humor, kejutan, ilustrasi verbal dan visual, serta
sesuatu yang aneh.
c. Partisipasi Aktif Siswa
Dosen
harus berusaha membuat peserta didik aktif dalam proses pembelajaran.
Untuk menumbuhkan keaktifan mahasiswa harus dimunculkan
rangsangan-rangsangan, dapat berupa : tanya jawab, praktik dan latihan, drill, membuat ringkasan, kritik dan komentar, serta pemberian proyek (tugas).
d. Pengulangan
Agar
peserta didik dapat menerima dan memahami materi dengan baik, maka
penyampaian materi sebaiknya dilakukan berulang kali. Pengulangan dapat
berupa : pengulangan dengan metode dan media yang sama, pengulangan
dengan metode dan media yang berbeda, preview, overview, atau penggunaan isyarat.
e. Umpan Balik
Dalam proses pembelajaran, sebagaimana yang terjadi pada komunikasi, adanya feedback
merupakan hal yang penting. Umpan balik yang tepat dari dosen dapat
menjadi pemicu semangat bagi mahasiswa. Umpan balik yang diberikan dapat
berupa : informasi kemajuan belajar siswa, penguatan terhadap jawaban
benar, meluruskan jawaban yang keliru, memberi komentar terhadap
pekerjaan siswa, dan dapat pula memberi umpan balik yang menyeluruh
terhadap performansi mahasiswa.
f. Menghindari Materi yang Tidak Relevan
Agar
materi pelajaran yang diterima peserta belajar tidak menimbulkan
kebingungan atau bias dalam pemahaman, maka sedapat mungkin harus
dihindari materi-materi yang tidak relevan dengan topik yang
dibicarakan. Untuk itu dalam mendesain pesan perlu memperhatikan bahwa :
yang disajikan hanyalah informasi yang penting, memberikan outline materi, memberikan konsep-konsep kunci yang akan dipelajari, membuang informasi distraktor, dan memberikan topik diskusi.
Desain
pesan pembelajaran merupakan tahapan yang penting untuk dilakukan oleh
dosen, agar proses belajar mengajar dapat berlangung secara efektif.
Dengan mendesain materi kuliah terlebih dahulu, akan memudahkan dosen
dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas.
2. Komunikasi Efektif dalam Pembelajaran
Komunikasi
dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara
komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon
sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Setidaknya
terdapat lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi yang
efektif, yaitu :
a. Kejelasan
Hal
ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan
mengemas informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami
oleh komunikan.
b. Ketepatan
Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang disampaikan.
c. Konteks
Konteks
atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa dan
informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan
dimana komunikasi itu terjadi.
d. Alur
Bahasa
dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau
sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat
tanggap
e. Budaya
Aspek
ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan
dengan tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus
menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam
penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan
kesalahan persepsi. (Endang Lestari G : 2003)
Menurut
Santoso Sastropoetro (Riyono Pratikno : 1987) berkomunkasi efektif
berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian
yang sama tentang suatu pesan, atau sering disebut dengan “the communication is in tune”. Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, harus dipenuhi beberapa syarat :
a. menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan
b. menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti
c. pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat bagi pihak komunikan
d. pesan dapat menggugah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan
e. pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan.
Terkait
dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif jika pesan
yang dalam hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami,
serta menimbulkan umpan balik yang positif oleh mahasiswa. Komunikasi
efektif dalam pembelajaran harus didukung dengan keterampilan komunikasi
antar pribadi yang harus dimiliki oleh seorang dosen. Komunikasi antar
pribadi merupakan komunikasi yang berlangsung secara informal antara dua
orang individu. Komunikasi ini berlangsung dari hati ke hati, karena
diantara keduabelah pihak terdapat hubungan saling mempercayai.
Komunikasi antar pribadi akan berlangsung efektif apabila pihak yang
berkomunikasi menguasai keterampilan komunikasi antar pribadi.
Dalam
kegiatan belajar mengajar, komunikasi antar pribadi merupakan suatu
keharusan, agar terjadi hubungan yang harmonis antara pengajar dengan
peserta belajar. Keefektifan komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar
ini sangat tergantung dari kedua belah pihak. Akan tetapi karena
pengajar yang memegang kendali kelas, maka tanggung jawab terjadinya
komunikasi dalam kelas yang sehat dan efektif terletak pada tangan
pengajar. Keberhasilan pengajar dalam mengemban tanggung jawab tersebut
dipengaruhi oleh keterampilannya dalam melakukan komunikasi ini.
Sokolove
dan Sadker seperti dikutip IGAK Wardani dalam bukunya membagi
keterampilan antar pribadi dalam pembelajaran menjadi tiga kelompok,
yaitu :
a. Kemampuan untuk Mengungkapkan Perasaan Mahasiswa.
Kemampuan
ini berkaitan dengan penciptaan iklim yang positif dalam proses belajar
mengajar, yang memungkinkan peserta didik mau mengungkapkan perasaan
atau masalah yang dihadapinya tanpa merasa dipaksa atau dipojokkan.
Iklim semacam ini dapat ditumbuhkan oleh dosen dengan dua cara, yaitu
menunjukkan sikap memperhatikan dan mendengarkan dengan aktif. Untuk
menumbuhkan iklim semacam ini, pendidik harus bersikap: 1) memberi
dorongan positif; 2) bertanya yang tidak memojokkan; dan 3) fleksibel.
b. Kemampuan Menjelaskan Perasaan yang Diungkapkan Mahasiswa.
Apabila
mahasiswa telah bebas mengungkapkan problem yang dihadapinya,
selanjutnya tugas dosen adalah membantu mengklarifikasi ungkapan
perasaan mereka tersebut. Untuk kepentingan ini, dosen perlu
menguasai dua jenis keterampilan, yaitu merefleksikan dan mengajukan
pertanyaan inventori. Pertanyaan inventori adalah pertanyaan yang
menyebabkan orang melacak pikiran, perasaan, dan perbuatannya sendiri,
serta menilai kefektifan dari perbuatan tersebut. Pertanyaan inventori
dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu pertanyaan yang menuntut
mahasiswa untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya, pertanyaan yang
menggiring mahasiswa untuk mengidentifikasi pola-pola perasaan, pikiran,
dan perbuatannya, dan pertanyaan yang menggiring mahasiswa untuk
mengidentifikasi konsekuensi/akibat dari perasaan, pikiran, dan
perbuatannya.
Agar dapat merefleksikan ungkapan perasaan peserta didik secara efektif, pengajar perlu mengingat hal-hal berikut :
1) Hindari prasangka terhadap pembicara atau topik yang dibicarakan.
2) Perhatikan dengan cermat semua pesan verbal maupun nonoverbal dari pembicara.
3) Lihat, dengarkan, dan rekam dalam hati, kata-kata/perilaku khas yang diperlihatkan pembicara.
4) Bedakan/simpulkan kata-kata/pesan yang bersifat emosional.
5) Beri
tanggapan dengan cara memparaphrase kata-kata yang diucapkan,
menggambarkan perilaku khusus yang diperlihatkan, dan tanggapan mengenai
kedua hal tersebut.
6) Jaga nada suara, jangan sampai berteriak, menghakimi, atau seperti memusuhi.
7) Meminta klarifikasi terhadap pertanyaan atau pernyataan yang disampaikan.
c. Mendorong Mahasiswa untuk Memilih Perilaku Alternatif.
Untuk keperluan ini, dosen harus memiliki kemampuan :
1) Mencari/mengembangkan berbagai perilaku alternatif yang sesuai.
2) Melatih perilaku alternatif serta merasakan apa yang dihayati mahasiswa dengan perilaku tersebut.
3) Menerima balikan dari orang lain tentang keefektifan setiap perilaku alternatif.
4) Meramalkan konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang dari setiap perilaku alternatif.
5) Memilih perilaku alternatif yang paling sesuai dengan kebutuhan pribadi mahasiswa.
Wiranto
Arismunandar dalam pidato Apresiasi Guru Besar ITB (2003) mengatakan
bahwa, tantangan bagi dosen adalah bagaimana dapat menjelaskan materi
kuliah dengan baik, memberikan yang esensial dengan cara yang menarik,
percaya diri, dan membangkitkan motivasi para mahasiswanya. Komunikasi
dan interaksi di dalam kelas dan di luar kelas sangat menentukan
efektivitas dan mutu pendidikan. Dosen yang menjelaskan, mahasiswa yang
bertanya; berbicara dan mendengarkan yang terjadi silih berganti,
semuanya itu merupakan bagian dari pendidikan yang penting serta berlaku
dalam kehidupan yang sejahtera. Bertanya pun harus jelas serta
menggunakan bahasa yang baik dan benar, supaya diperoleh jawaban yang
baik dan benar pula. Mereka yang pandai mendengarkan sangatlah beruntung
karena dapat belajar dan mendapatkan informasi lebih banyak.
Mahasiswa hendaknya didorong untuk bertanya tentang sesuatu yang belum
jelas atau masih memerlukan penjelasan lebih lanjut. Dengan demikian
dosen dipacu untuk senantiasa mengikuti perkembangan dan mahasiswa
memahami semua materi yang dibahas. Dari hal tersebut dapat dilihat
bahwa mutu pendidikan sangat tergantung dari partisipasi dan kontribusi
dari semua yang terlibat. Hal tersebut sangat menarik karena baik dosen
maupun mahasiswa senang dan merasa perlu datang kuliah. Secara tidak
langsung dosen akan meningkatkan kemampuan berkomunikasi serta dapat
membaca pikiran atau gagasan mahasiswa (the unborn ideas) serta membantu mahasiswa mengungkapkan pikiran dan gagasannya tersebut.
Komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran sangat berdampak terhadap keberhasilan pencapaian tujuan. Komunikasi
dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara
komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon
sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Jika
dalam pembelajaran terjadi komunikasi yang efektif antara pengajar
dengan mahasiswa, maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran tersebut
berhasil. Sehubungan dengan hal tersebut, maka para pengajar, pendidik,
atau instruktur pada lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan harus
memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan komunikasi yang
dimaksud dapat berupa kemampuan memahami dan mendesain informasi,
memilih dan menggunakan saluran atau media, serta kemampuan komunikasi
antar pribadi dalam proses pembelajaran.
Judul: KOmunikasi dalam pembelajaran
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh Unknown
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh Unknown
Di Posting Oleh , Pada 09.19 dan 0 komentar
Ditulis Oleh : YOUR NAME | YOUR DESCRIPTION
Anda sedang membaca sebuah artikel yang berjudul KOmunikasi dalam pembelajaran. Dengan url https://arievrifai.blogspot.com/2013/07/komunikasi-dalam-pembelajaran.html. Jika anda suka dengan artikel ini silahkan ambil dengan syarat Term of Use. Jika anda ingin meng copy-paste tolong berikan sumbernya dan baca terlebih dahulu Term of Use.